Abdullah bin ‘Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” [HR. Imam Tirmidzi dalam Sunan At Trmidzi no. 2516, Imam Ahmad bin Hambal dalam Al Musnad: 1/307, dan beberapa ulama lainnya.]
Penjelasan Hadith:
Lafazh, “Ketahuilah,
seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu
tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu”.
Artinya, bahwa seluruh umat (jin dan manusia) sejak pertama sampai akhir,
jika bersatu untuk memberikan kebaikan (manfaat) kepadamu, maka mereka tidak
bisa melakukannya kecuali sekedar yang telah Allah ta’ala tuliskan untumu. Oleh
karenanya kebaikan yang datang dari manusia, sesungguhnya berasal dari Allah
ta’ala. Dengan demikian hendaknya kita bersandar kepada Allah ta’ala semata.
Lafazh, “Dan andaipun
mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak
akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu”.
Artinya, jika engkau mendapatkan bahaya atau keburukan dari seseorang,
ketahuilah bahwa hal itu telah Allah tuliskan untumu. Namun tetap dibolehkan
bagimu untuk menangkal bahaya itu. Karena Allah ta’ala berfirman:
وَجَزَاء سَيِّئَةٍ
سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا
“Dan balasan suatu kejahatan adalah
kejahatan yang serupa.” (Asy Syuura: 40).
Lafazh, “Pena telah
diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” Artinya, bahwa apa
yang telah Allah azza wajalla tuliskan sudah selesai. Pena telah diangkat, dan lembaran
telah kering. Dan tidak ada perubahan dari apa yang telah ditetapkanNya
Dalam riwayat lainnya diakatakan,
“Jagalah Allah niscaraya engkau mendapati Allah ada di depanmu. Kenalilah
Allah pada saat lapang, niscara Allah akan mengenalmu di saat sulit”.
Maksud hadith ini adalah hendaknya engkau menunaikan hak Allah azza wajalla di
waktu lapang, sehat, dan berkecukupan. Kelak Allah akan mengenalmu saat engkau
sakit, atau saat engkau miskin, dan kebutuhanmu semakin meningkat. Niscaya
Allah mengenalmu karena kebaikan-kebaikan dan amalan-amalan yang sudah kau
kerjakan sebelum datang masa-masa sulit itu.
“Dan apa-apa yang
mengenaimu tidak akan meleset darimu. Dan ketahuilah apa-apa yang meleset
darimu maka hal itu tidak akan mengenaimu”, Maksudnya, apa saja yang
(ditakdirkan) menimpamu, kamu tidak bisa menolak dan tidak akan pernah meleset
darimu. Sebaliknya, apa saja yang bukan ditakdirkan untukmu, maka hal itu tidak
mungkin mengenaimu. Karena semua telah ditakdirkan Allah. Dan takdir Allah
ta’ala tidak pernah salah atau meleset.
"Sesungguhnya kemenangan itu
bersama kesabaran”. Hadith ini mendorong seseorang untuk berlaku sabar. Karena kemenangan
itu datang bersama kesabaran. Kesabaran di sini juga mencakup sabar dalam
menjalaankan ketaatan kepada Allah, sabar menjauhi maksiat, dan sabar atas
ketetapan Allah yang menyakitkan. Karena di dalam peperangan misalnya, musuh
dalam peperangan akan menyerang dari berbagai arah. Jika seseorang tidak sabar
atas itu semua, ia pasti meninggalkan perang, dan kemudian kalah. Allah ta’ala
berfirman:
Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. An Nisa: 104).
“Ketahuilah bahwa jalan keluar itu bersama
kesulitan”. Maknanya adalah jika suatu
masalah semakin sulit, jalan keluar semakin dekat. Karena Allah ta’ala
berfirman,
Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya (QS. An Naml: 62)
Setiap kemudahan datang selepas
kesulitan. Bahkan kesulitan itu diapit oleh dua kemudahan, yaitu: kemudahan
sebelum datang kesulitan dan kemudahan setelah kesulitan. Allah ta’ala
berfirman,
Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al Insyirah: 5-6)
Ibnu Abbas
radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Satu kesulitan tidak akan mengalahkan dua
kemudahan”.
Faedah Hadith:
1. Kelembutan Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam kepada orang
yang lebih muda, yang dalam sabdanya beliau berkata, “Wahai Nak,
sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat”.
2. Jika seseorang hendak menyampaikan pesan yang dirasa penting,
hendaknya menggunakan penekanan seperti pada kalimat, “Wahai Nak,
sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat”.
3. Siapa yang menjaga Allah, Allah akan menjaganya.
4. Siapa saja yang menyia-nyiakan Allah, Allah akan
menyia-nyiakannya dan Allah tidak akan menjaganya, sebagaimana firmanNya: Dan
janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang
yang fasik. (Al Hasyr: 19)
5. Siapa saja yang menjaga Allah azza wajalla, Allah akan
memberinya petunjuk, membimbingnya kepada kebaikan, dan Allah akan
melindunginya dari kejahatan dan kejelekan.
6. Jika seseorang hendak meminta pertolongan, hendaknya meminta
pertolongan kepada Allah. Namun tidak dilarang untuk meminta pertolongan kepada selain
Allah dengan syarat orang tersebut mampu menolongnya. Sebagaimana sabda Nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam. “Engkau membantu seseorang pada tunggangannya,
lalu engkau mengangkat orang tersebut ke atas kendaraannya, atau mengangkatkan
barang-barang bawaannya ke atas kendaraannya adalah sedekah.”
7. Seluruh umat tidak akan bisa memberi manfaat kepada
seseorang, kecuali jika telah ditetapkan Allah untuknya. Dan pula mereka bisa membahayakan
seseorang, kecuali jika sudah ditetapkan oleh Allah untuknya.
8. Wajib bagi seseorang untuk senantiasa menggantungkan harapnya
kepada Allah azza wajalla. Tidak berpaling kepada makhlukNya, karena makhlukNya
tidak bisa memberikan manfaat atau bahaya.
9. Sesungguhnya segala sesuatu telah selesai Allah tuliskan.
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam, Allah telah menentukan
takdir seluruh makhluknya lima puluh ribu tahun sebelum diciptakannya langit
dan bumi. [148]
10. Di dalam riwayat lain dikatakan, bahwa siapa saja yang
mengenal Allah dengan ketaatan yang ia lakukan di saat sehat dan lapang, maka
Allah akan mengenalnya di saat ia mengalami kesulitan. Allah akan menolongnya
untuk mengatasi kesulitan-kesulitannya.
11. Jika Allah ta’ala telah menetapkan sesuatu kepada manusia,
maka manusia itu tidak akan bisa menghindarinya. Sebaliknya, jika tidak
ditetapkan oleh Allah untuknya, tidak akan pernah menimpanya.
12. Berita gembira bagi orang-orang yang sabar, yakni: kemenangan
itu sangat dekat dengan kesabaran.
13. Berita gembira bahwa jalan keluar itu bersamaan
dengan adanya kesulitan. Setiap kali manusia merasakan masalah yang berat, maka
saat itu Allah akan memberinya jalan keluar.
14. Berita gembira nan agung, bahwa jika manusia merasakan
kesulitan hendaknya ia menunggu kemudahan yang akan datang sebentar lagi.
Sebagaimana firman Allah ta’ala, “Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada
kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” (Al Insyirah:
5-6). Oleh karenanya hendaknya seseorang bergantung kepada Allah, dan menanti
datangnya kemudahan yang telah Allah janjikan dalam firmanNya.
15. Hiburan bagi seorang hamba tatkala ditimpa musibah ia ingat
bahwa, “Dan apa-apa yang mengenaimu tidak akan meleset darimu.”. Pula hiburan
bagi seorang hamba jika kehilangan apa yang ia cintai, ia ingat, “Dan
ketahuilah apa-apa yang meleset darimu maka hal itu tidak akan mengenaimu”.
_
Alafaqir Ila Robbihi, Achmad Tito Rusady, 30/04/15. Disarikan dari :
المكتبة المقروءة : الحديث : شرح الاربعين النووية الحديث التاسع عشر للشيخ محمد بن صالح العثيمين – رحمه الله تعالى -
[146] أخرجه الترمذي كتاب: صفة القيامة، باب، (2516) والإمام أحمد- عن عبدالله بن عباس، ج1/ص293، (2669).
[147] الحاكم في المستدرك على الصحيحين – ج3/ ص624، كتاب معرفة الصحابة، (6304) وقال عنه الذهبي في التلخيص: ليس بمعتمد
nice
BalasHapushttp://www.egyshare.net/