تواضع تكن كالنجم لاح لناظر # على
صفحات الماء وهو رفيع
ولا تكن كالدخان يعلو
بنفسه # على طبقات الجو وهو وضيع
“Rendah
hatilah…jadilah laksana bintang bercahaya yang tampak di bayangan air yang
rendah, padahal sebenarnya dia berada di ketinggian. Jangan menjadi laksana
asap, yang membumbung tinggi dengan sendirinya di lapisan udara yang tinggi,
padahal sebenarnya dia rendah.”
*
* * *
Ujub:
Ciri-ciri, Bahaya dan Penawarnya
Ujub adalah penyakit
yang berbahaya yang dapat merusak hidup seseorang. Ujub adalah sifat yang dapat
mengalihkan seseorang dari bersyukur kepada Allah, kepada bersyukur atas
dirinya sendiri. Dari memuji Allah ta’ala kepada memuji diri sendiri. Dari
rendah diri di hadapan Allah ta’ala kepada takabbur dengan amal yang
sudah dilakukan. Dari menghormati dan menghargai orang lain kepada menghina dan
merendahkan orang lain.
>> Pengertian Ujub
Ujub adalah bangga diri, menganggap sudah
berbuat lebih dan menisbatkan keberhasilan beramalnya itu kepada diri sendiri, sehingga
lupa kepada Yang Telah Memberinya nikmat, yaitu Allah azza wajalla.
>> Akibat Ujub
Di antara kejelekan sifat ujub adalah
menggugurkan pahala amal sholehnya, menghilangkan kebaikan, dan mendapat
kehinaan.
Al Mawardi berkata,
“Ujub itu menghilangkan kebaikan, menampakkan kejelekan, mendapat kehinaan, menghalangi seseorang dari kemuliaan. Menghasilkan amarah dan kebodohan. Hingga ujub itu pun bisa memadamkan kebaikan yang pernah ia lakukan, menghapus keindahan pekerti yang pernah dikenal manusia. Pada akhirnya ia dibuat marah dan dengki disebabkan ujubnya itu”.
>> Hukum Ujub
Ujub adalah
perbuatan yang diharamkan. Karena ujub adalah salah satu dari kesyirikan.
Syaikh Ibnu Taymiyah berkata –rahimahullah ta’ala- ,
“Riya’ dan ujub itu tidak jauh beda. Riya’ adalah syirik dengan menyertakan orang lain dalam ibadah kepada Alah. Sedangkan ujub adalah syirik dengan menyertakan diri sendiri dalam ibadah kepada Allah. Kedua sifat ini termasuk kesombongan. Orang yang riya’ tidak mengamalkan firman Allah ta’ala ‘Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (hanya kepadaMulah kami menyembah). Sedangkan orang yang ujub tidak mengamalkan firman Allah ta’ala ‘wa iyyaka nasta’in (dan hanya kepadamulah kami meminta pertolongan). Siapa saja yang mengamalkan dua firman Allah tersebut, maka dia telah bebas dari penyakit riya dan ujub”.
Abu
Ahmad Al Ghazali –rahimahullah- berkata, “Ketahuilah bahwa ujub adalah sifat
tercela. Di dalam firman Allah ta’ala,
{ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ
أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنكُمْ شَيْئًا }[ 25: سورة التوبة]
“dan
(ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena
banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu
sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu
lari ke belakang dengan bercerai-berai.” (QS. At Taubah:25).
Firman Allah
ta’ala:
{ وَظَنُّوا أَنَّهُم مَّانِعَتُهُمْ
حُصُونُهُم مِّنَ اللَّهِ فَأَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَحْتَسِبُوا }[2
: سورة الحشر ]
Kamu tiada
menyangka, bahwa mereka akan keluar dan mereka pun yakin, bahwa benteng-benteng
mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah; maka Allah
mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka.
(QS. Al Hasyr:2)
Firman Allah
ta’ala:
وَهُمْ
يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا}[ 104: سورة الكهف]
Yaitu
orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini,
sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (QS. Al
Kahfi:104).
وقال صلى الله عليه وسلم (( ثلاث مهلكات : شحُّ مطاع ، وهوى متبع ، وإعجاب المرء بنفسه )). [ أخرجه البيهقي وحسنه الألباني ] .
Rasulullah shallallahu ‘alayhi
wasallam bersabda, “Tiga penghacur adalah kikir yang ditaati, nafsu yang
diikuti, dan orang yang bangga dengan dirinya sendiri”. [HR. Al Bayhaqi
dihasankan oleh Al Albani].
بَيْنَمَا
رَجُلٌ يَتَبَخْتَرُ يَمْشِي فِي بُرْدَيْهِ قَدْ أَعْجَبَتْهُ نَفْسُهُ فَخَسَفَ
اللَّهُ بِهِ الْأَرْضَ فَهُوَ يَتَجَلْجَلُ فِيهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Ketika seorang laki-laki sedang bergaya dengan
kesombongan berjalan dengan mengenakan dua burdahnya (jenis pakaian
bergaris-garis; atau pakaian yang terbuat dari wol hitam), dia mengagumi
dirinya, lalu Allah membenamkannya di dalam bumi, maka dia selalu terbenam ke
bawah di dalam bumi sampai hari kiamat.” [HR. Bukhari, no. 5789;
Muslim, no. 2088; dan ini lafazh Muslim].
جاء في الفتح لابن حجر : قال القرطبي : [ إعجاب المرء بنفسه هو ملاحظته
لها بعين الكمال ، مع نسيان نعمة الله ، فإن احتقر غيره مع ذلك فهو الكبر المذموم
.
Di
dalam Fathul Bari, Al Qurthubi berkata, “Rasa bangga seseorang terhadap dirinya
sendiri terjadi karena dia memandang lebih dirinya, dan melupakan nikmat Allah.
Apabila disertai dengan meremehkan orang lain maka itu adalah kibr
(kesombongan) yang tercela”.
ومن الأدلة كذلك على ذم العجب حديث أبي ثعلبة
الخشني رضي الله عنه ، فعن أبي أمية الشعباني قال : أتيت أبا ثعلبة الخشني فقلت له
: كيف تصنع بهذه الآية ؟ قال : أيّةُ آية؟ قال : قوله تعالى {يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُواْ عَلَيْكُمْ أَنفُسَكُمْ لاَ يَضُرُّكُم مَّن ضَلَّ إِذَا
اهْتَدَيْتُمْ } [105: سورة المائدة].
Di
antara dalil lainnya pula tentang tercelanya sifat ujub, terdapat di dalam
hadith Abi Tsa’labah Al Khasyni radhiyallahu ‘anhu. Dari Abu Umayyah As
Sya’bani dia berkata, “Aku menemui Abi Tsa’labah Al Kasyni dan bertanya, “Apa
yang kamu perbuat dengan ayat ini?”. Dia bertanya, “Ayat yang mana?”. Aku
berkata, “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang
sesat itu akan memberi mudarat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. (QS. Al Maidah: 1055).
قال أبو ثعلبة : أما والله لقد سألت عنها خبيراً ، سألت عنها رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : (( بل ائتمروا بينكم بالمعروف وتناهوا عن المنكر ، حتى إذا رأيت شَّحاً مطاعاً ، وهوىً متبعاً ، ودنيا مؤثَرة ، وإعجاب كل ذي رأي برأيه ، فعليك بخاصة نفسك ودع العوامَّ ، فإن من ورائكم أياماً الصبر فيهن كالقبض على الجمر ، للعامل فيهن مثل أجر خمسين رجلاً يعملون مثل عملكم )) [ رواه الترمذي وقال : حسن غريب وضعفه الألباني ] .
Abu Tsa’labah menjawab, “Demi
Allah, kamu bertanya dengan orang yang tahu, aku pernah menanyakannya kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau menjawab: “Akan tetapi,
perintahkanlah kebaikan dan cegahlah kemungkaran hingga kamu melihat kekikiran
yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, kehidupan dunia lebih diprioritaskan dan
kekaguman setiap orang dengan pendapatnya, engkau harus (berpegangan) terhadap
mata hatimu dan tinggalkan orang-orang awam, karena dibalik kalian akan ada
suatu masa dimana kesabaran saat itu laksana memegang bara api, orang yang
beramal saat itu sama seperti pahala limapuluh orang yang melakukan seperti
amalan kalian.” Abdullah bin Al Mubarak berkata; Selain ‘Utbah menambahiku:
Dikatakan; “Wahai Rasulullah, pahala lima puluh orang dari kami atau dari
mereka?” Beliau menjawab: “Bahkan pahala lima puluh orang dari kalian.” (HR. At
Tirmidzi, hadith Hasan gharib, didhaifkan oleh Al Albani).
>> Perkataan Salaf tentang Ujub
1- قال ابن مسعود رضي الله عنه : الهلاك
في اثنين : القنوط والعجب .
Ibnu
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kehancuran itu ada dua: putus asa dan
bangga diri (ujub)”.
2- قال أبو حامد : وإنما جمع بينهما ؛ لأن
السعادة لا تنال إلا بالسعي والطلب والجد والتشمير ، والقانط لا يسعى ولا يطلب ،
والمعجب يعتقد أنه قد سعد وقد ظفر بمراده فلا يسعى .
Abu
Hamid berkata, “Ibnu Mas’ud mengumpulkan keduanya, bahwa orang putus asa dan
orag yang ujub keduanya tidak pernah bahagia. Karena orang yang putus asa tidak
lagi berusaha dan tidak pula mencari kebahagiaan karena sudah putus asa. Sedangkan
orang yang ujub juga tidak berusaha mencari kebahagiaan karena menyangka bahwa
dia telah meraihnya”.
3- وقال مطرف : لأن أبيت نائماً وأصبح
نادماً أحب إليّ من أن أبيت قائماً وأصبح معجباً .
Al
Matraf berkata, “JIka aku tidur dan aku menyesal di pagi harinya karena tidak
sholat malam, itu lebih aku sukai dari pada aku bangun malam tapi pagi harinya
aku ujub”.
4-
وكان
بشر بن منصور من الذين إذا رءُوا ذُكِرَ الله تعالى والدار الآخرة ، لمواظبته على
العبادة ، فأطال الصلاة يوماً ، ورجل خلفه ينتظر ، ففطن له بشر ، فلما انصرف عن
الصلاة قال له : لا يعجبنك ما رأيت مني ، فإن إبليس لعنه الله قد عبد الله مع
الملائكة مدة طويلة ، ثم صار إلى ما صار إليه .
Sesungguhnya
Bisyr bin Manshur adalah orang yang jika dipandang mengingatkan orang lain akan
Allah ta’ala dan akhirat, karena saking tekunnya ia beribadah kepada Allah
taala. Suatu hari saat Bisyr memanjangkan sholatnya, ternyata ada seseorang memperhatikannya.
Bisyr merasa terganggu dengan kehadiran orang itu. Setelah sholat ia berkata,
“Janganlah kamu takjub dengan apa yang kau lihat dari sholatku. Karena Iblis –laknatullah
‘alayhi- telah menyembah Allah ta’ala bersama malaikat Allah yang lain
sudah sejak lama. Kemudian dia menjadi apa yang sudah terjadi pada dirinya!”.
5- وقيل لعائشة رضي الله عنها : متى يكون
الرجل مسيئاً ؟ قالت : إذا ظن أنه محسن .
Dikatakan
kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Kapan seseorang dikatakan celaka?”. ‘Aisyah
menjawab, “Jika dia mengira bahwa dia telah berbuat baik”.
6- وقال علي بن أبي طالب رضي الله عنه :
الإعجاب ضدّ الصواب ، وآفة الألباب .
Ali
bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Ujub itu adalah lawan dari
kebenaran. Dan kehancuran bagi akal”.
7-
وقال
بزدجمهر : النعمة التي لا يحسد صاحبها عليها التواضع ، والبلاء الذي لا يرحم صاحبه
منه : العجب .
Bazdu
Jamhar berkata, “Nikmat yang pemiliknya tidak bisa didengki adalah At Tawadhu’
(rendah hati). Adapun bencana yang pemiliknya tidak dikasihani adalah ujub”.
>> Antara Ujub dan Kufuran
Ujub
yang berlebihan bisa mengeluarkan seseorang dari Islam, sebagaimana Iblis yang
takjub dengan penciptaannya dan ibadahnya kepada Allah ta’ala. Kemudian rasa
ujubnya itu membuatnya sombong dan tidak mau mentaati perintah Allah untuk
sujud kepada Adam.
وعبد الله بن زياد بن
ظبيان التميمي ، خوّف أهل البصرة أمراً فخطب خطبة أوجز فيها، فنادى الناس من
المسجد : أكثر الله فينا مثلك . فقال : لقد كلفتم الله شططاً !!
Abdullah
bin Ziyad Dzibyan At Tamimi berkhutbah saat masyarakat Bashroh ketakutan atas
suatu perkara. Maka orang-orang berkata, “Semoga Allah ta’ala memperbanyak
orang sepertimu”. Abdullah berkata, “Kalian telah bebuat semberono kepada Allah
ta’ala!”.
ومعبد بن زرارة ؛ كان ذات يوم جالساً في الطريق ، فمرت به امرأة فقالت له : يا عبد الله ! كيف الطريق إلى موضع كذا ؟ فقال : ياهناه ! مثلي يكون من عبيد الله ؟!!
Ma’bad
bin Zaroroh duduk di jalanan. Lalu seorang wanita lewat di depannya dan
berkata, “Wahai Abdullah! Kemana arah ke tempat ini?”. Ma’bad berkata, “Wahai,
orang sepertiku lebih pantas dipanggil ubaidillah (hamba Allah yang kecil)!!!”
يا مظهرَ الكبر عجاباً بصورته *** انظر خلاك فإن النتن تثريب لو فكر الناس فيما في بطونهم *** ما استشعر الكبر شبان ولا شيب هل في ابن آدم مثل الرأٍس مكرُمةً *** وهو بخمس من الأقذار مضروب أنف يسيل وأذن ريحها سهك *** والعين مرفضة الثغر ملعوب يابن التراب ومأكول التراب غداً *** أقصر فإنك مأكول ومشروب
Wahai yang sombong karena bangga dengan yang dimilikinya **** Lihatlah darahmu sesungguhnya kebusukannya itu amat menyengatSeandainya manusia memikirkan apa yang ada di dalam perutnya **** Niscaya dia tidak merasa sombong, pemudakah dia atau orang tuaApakah kepala anak adam ada kemuliaan **** Sedangkan kepalanya itu memikul lima kotoroanHidung beringus, telinga berbau tak sedap **** Mata tempat mengalirnya airWahai anak yang berasal dari tanah dan nanti akan makan tanah **** Berhentilah menyombongkan diri karena engkau akan dimakan dan diminum nanti
>> Sebab-sebab Ujub.
1. Kebodohan.
Abu Ahmad berkata, “Sebab ujub adalah jahl (kebodohan). Obat yang mujarab
adalah lawan dari kata bodoh itu, yaitu ilmu”. Jadi orang yang berpenyakit ujub
sebetulnya adalah orang yang bodoh. Dia harus banyak belajar lagi agar dia bisa
semakin merunduk, dan rendah hati.
2. Sedikitnya
taqwa dan keshalihannya
3.
Kurang
merasa diawasi Allah azza wajalla
4.
Sedikit
mendengar nasihat
5.
Niat
yang jelek
6. Banyak
dipuji manusia sehingga syaithan mengganggunya melalui pintu pujian.
7.
Mengejar dunia dan mengikuti hawa nafsu
8. Sedikit
merenungi nikmat Allah ta’ala
9. Sedikitnya
dzikir
10. Tidak
mentadabburi Al Qur’an dan Sunnah Nabawiyah.
11. Merasa
aman dari hukuman Allah ta’ala, serta banyak bersandar pada Kemahamaafan Allah
ta’ala
>> Ciri-ciri orang Ujub
1.
Menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.
2.
Memalingkan
muka dari manusia.
3.
Jarang sharing atau konsultasi kepada
orang-orang yang ahli.
4. Berjalan
dengan kesombongan.
5. Merasa
lebih dan banyak beramal.
6. Sombong
dengan ilmunya.
7.
Memincingkan
mata dan suka mencela.
8. Bangga
dengan garis keturunannya, kedudukannya dan fisiknya.
9.
Sengaja
berbeda dari orang lain untuk meninggikan dirinya.
10. Tidak perhatian
kepada ulama dan orang-orang bertakwa.
11. Memuji
dirinya sendiri.
12. Melupakan
dosa-dosanya atau meremehkannya..
13. Selalu
mengira dia pantas mendapatkan kebaikan, ampunan, dan doa-doanya diijabahi
14. Terus-menerus
dalam berbuat salah yang sama.
15. Malas beramal
karena dia mengira bahwa ibadahnya telah sempurna.
16. Suka meremehkan,
bermaksiat dan berbuat fasik
17. Merasa
berhak menjadi orang unggul padahal dai tidak melakukan pekerjaannya dengan
benar.
18. Jarang
mendengarkan nasihat dari orang-orang berilmu
>> Cara Mengobati Penyakit Ujub
:: Ujub terhadap Kelebihan Fisik
Ujub
terhadap fisiknya karena kebagusannya, ketampanannya, keindahan suaranya,
kemudian melupakan bahwa semua itu adalah nikmat dari Allah ta’ala.
Solusinya: hendaknya dia berpikir
tentang apa yang ada di dalam perutnya yang menjijikkan, dan merenungkan
tentang bagaimana kelak semua kebagusan itu akan sirna di dalam tanah nanti.
:: Ujub dengan Kemampuan dan Kekuatan.
Seperti
kaum ‘Aad yang berkata, “Adakah orang yang lebih kuat dari pada kamu?”.
(Al Fushilat:15).
- Solusinya: Hendaknya dia bersyukur atas
nikmat Allah ta’ala yang telah menganugerahkannya akal. Hendaknya dia berpikir
bagaimana jika akalnya itu hilang atau rusak? Dan hendaknya ia tahu bahwa
perkara yang tidak dia tahu itu lebih banyak dari pada perkara yang dia tahu.
:: Ujub dengan Garis Keturunan
:: Ujub dengan Garis Keturunan
Ujub
terhadap keturunan. Mulai dari yang berbangga dengan nasabnya sampai ada yang
berpikiran bahwa dia akan selamat dari dosa karena dia berasal dari keturunan
yang sholeh.
- Solusinya: hendakna ia tahu bahwa
keturunan itu tidak menyebabkan seseorang menjadi mulia. Akan tetapi yang
menjadikan mulia itu adalah ilmu dan ketaatan kepada Allah ta’ala. Karena Allah
ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian
adalah orang yang bertaqwa di antra kalian”. (Al Hujurot:13).
::
Berbangga dengan Banyaknya Anak
Berbangga dengan banyaknya keturunan, kerabat, anggota atau pengikut. Sebagaimana firmanNya, Dan mereka berkata: "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab. (QS. Saba’: 35).
- Solusinya: hendaknya dia memperhatikan bahwa setiap orang punya kelemahan, mereka semua adalah hamba Allah ta’ala yang lemah, mereka tidak bisa memberi manfaat dan madharat. Bagaimana ia bisa bangga dengan banyak jumlah mereka padahal kematian akan memisahkannya dengan mereka? Ia akan menjadi seorang diri di dalam kubur tidak ada yang menemani kecuali amal perbuatannya.
Berbangga dengan banyaknya keturunan, kerabat, anggota atau pengikut. Sebagaimana firmanNya, Dan mereka berkata: "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab. (QS. Saba’: 35).
- Solusinya: hendaknya dia memperhatikan bahwa setiap orang punya kelemahan, mereka semua adalah hamba Allah ta’ala yang lemah, mereka tidak bisa memberi manfaat dan madharat. Bagaimana ia bisa bangga dengan banyak jumlah mereka padahal kematian akan memisahkannya dengan mereka? Ia akan menjadi seorang diri di dalam kubur tidak ada yang menemani kecuali amal perbuatannya.
:: Berbangga dengan Harta
Allah ta’ala berfirman, “dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika ia bercakap-cakap dengan dia: "Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat". (QS. Al Kahfi:34).
Allah ta’ala berfirman, “dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika ia bercakap-cakap dengan dia: "Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat". (QS. Al Kahfi:34).
- Solusinya:
hendaknya ia memikirkan bencana yang harta yang banyak, karena banyaknya hak
yang harus ditunaikan. Hendaknya ia merenungkan bahwa kelak orang-orang fakir
lebih dulu masuk syurga karena sedikitnya hisab hartanya. Serta waspada
terhadap kesombongan yang akan mencelakakannya:
Rasulullah
shallalahu ‘alayhi wa sallam juga bersabda,
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَتَبَخْتَرُ
يَمْشِي فِي بُرْدَيْهِ قَدْ أَعْجَبَتْهُ نَفْسُهُ فَخَسَفَ اللَّهُ بِهِ الْأَرْضَ
فَهُوَ يَتَجَلْجَلُ فِيهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Ketika
seorang laki-laki sedang bergaya dengan kesombongan berjalan dengan mengenakan
dua burdahnya (jenis pakaian bergaris-garis; atau pakaian yang terbuat dari wol
hitam), dia mengagumi dirinya, lalu Allah membenamkannya di dalam bumi, maka
dia selalu terbenam ke bawah di dalam bumi sampai hari kiamat.” [HR. Bukhari,
no. 5789; Muslim, no. 2088; dan ini lafazh Muslim]
Ujub dengan Pendapat yang Keliru
Allah ta’ala berfirman, “Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)? maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (QS. Fathir:8).
Allah ta’ala berfirman, “Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)? maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (QS. Fathir:8).
Firman Allah
ta’ala:
Katakanlah: "Apakah
akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi
perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam
kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat
sebaik-baiknya. (QS. Al Kahfi:103-104).
Mereka adalah
ahlu bid’ah yang merasa benar dengan pendapat mereka yang salah.
Solusinya:
Hendaknya dia senantiasa mencurigai pendapatnya dalam rangka untuk memperoleh
dalil yang benar dalam beramal. Hendaknya ia mengambil dalil yang shahih dan
kuat, dan menyadari bahwa mengikuti hawa nafsu adalah kehancuran yang tidak
disadari.
Washollallahu
‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shohbihi wa sallam.________________________________________
Penulis: Badar Al Wathon, dinunkil oleh Ibrahim Sarhan.
Penerjemah: Achmad Tito Rusady, ghofarollahu lahu… Diterjemahkan dari laman:
العجب : أسبابه -
مظاهره – علاجه، http://www.saaid.net/rasael/84.htm
Komentar
Posting Komentar