Musafir Cinta

Seperti apa dahaga itu, wahai sahabat. Kau pernah merasakan terlambat minum hingga kau kehausan?

Maka air tampak segar, apa lagi sejenis salju atau es yang menggiurkan
Namun kau ingat hari itu adalah puasamu
Maka tertahanlah nafsu itu, hingga maghrib segalanya halal bagimu

Sesegar kerongkongan musafir dalam dahaga panjang selama perjalanan
Ia teguk air, setiap tegukan terasa amat menyejukkan nan membahagiakan

Cinta yang dipuasakan. Ia adalah sebentuk jalan bagi musafir cinta
Sabar dalam ketaatan,

Kelak dalam perjalanan, ia bertemu dengan rasa lapar dan dahaga
Lapar mungkin tak seberapa, tapi jika dahaga rasanya tak tertahankan

Maka tiada kekuatan yang sanggup membuatnya bertahan
Kecuali kekuatan dari Allah,

Memohon kepada Allah agar dipertebal kesabarannya
Jika takdirnya belum diizinkan berbuka,

Ia lalu menyadari betapa cintanya masih benih, atau mungkin baru tumbuh bunga-bunganya
Maka amanahnya adalah menyemai, memelihara, merawatnya hingga ia berbuah
Bolehlah dia rayakan dengan suka cita di hari panennya itu

Bagi musafir cinta,
Cinta itu dipuasakan
Bukan dipuaskan
Cinta itu dipuasakan
Bukan dipuaskan…

Malang, di sisa subuh Selasa ini. 22 Maret 2011.




Komentar