Padamu Belahan Jiwa Kaum Hawa

Wahai pemuda, ketika kita berada pada suatu situasi, dimana dahulu ayahanda kita Adam ‘alaihissalam pernah merasakan. Ayahanda Adam, walaupun hidup bergelimang kemegahan namun ia tak kuasa menahan sepi. Fitrah kita sebagai lelaki, di usia sebelia ini fitrah itu datang bertamu ke lubuk hati kita. Hasrat mencintai tumbuh secara manusiawi. 


            Wahai pemuda, bagimu yang mengazamkan diri untuk istiqomah menahan diri untuk tidak memetik buah sebelum masa panennya, maka hadapi ujian ini dengan kesabaran. Namun bagimu yang terlanjur tidak mampu menahan diri dan telah engkau jelmakan tulang rusukkmu sebelum tiba waktu ijab kabulmu maka di dalam catatan ini aku mengajakmu menyimak pesan Rosulullah shallallahu ‘alayhi wasallam, Dari Alqomah, dia berkata: ketika aku berjalan bersama Abdullah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Kami pernah bersama Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam, lalu beliau bersabda, 
“Barangsiapa di antara kalian yang mampu ba’ah (kesiapan lahir batin), maka hendaklah ia menikah, karena sesungguhnya menikah itu lebih memelihara pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu menjadi penekan nafsu baginya.” (HR. Bukhori).

            Datangilah kekasih hatimu dengan segala kesiapanmu untuk kau jemput ia sebagai permaisurimu, dan kau berlabuh dalam rumah tangga penuh barokah, membina keluarga sakinah, mawaddan wa rrohmah. Namun jikalau engkau tak mampu lantaran kesiapan lahir dan batin belum terpenuhi, maka tak sepatutnya engkau menjalin hubungan yang belum halal itu. Sebab tidak ada yang bertambah kecuali hanya dosa-dosa.

Ikutilah petunjuk Rosulullah shallallahu ‘alayhi wasallam, puasa. Dalam kitab “Fathul Baari 11” dalam syarahnya, dikatakan apabila kehidupan membujang dapat mengakibatkan dirinya melakukan perbuatan zina, maka berpuasalah. Ia adalah benteng jiwa kita dari kuasa syahwat. Dan syetan pun tak mampu menembus aliran darah orang-orang berpuasa.

            Sadarilah bahwa zaman ini adalah ujian terberat bagi lelaki yang memilih jalan syurga, menahan pandangan dari pandangan yang haram, menahan telinga, langkah dan semua anggota tubuh dari peluang dosa yang semakin membentang menggiurkan. Permasalahan senantiasa bertambah, permasalahan senantiasa baru, maka selayaknya iman dan taqwa kita bertambah dan juga senantiasa baru. Agar jiwa ini kuat bertahan di jalan syurga.

            Kelak, dari pintu Ar-Rayyan namamu akan terpanggil wahai ahli puasa. Diriwayatkan oleh Sahal radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam, beliau bersabda: 
“Sesungguhnya di syurga terdapat pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa masuk melalui pintu itu pada hari kiamat, tidak seorang pun masuk melalui pintu itu selain mereka. Dikatakan, ‘Mana orang-orang yang berpuasa?’ Maka mereka berdiri. Tidak ada seorang pun yang masuk melewati pintu itu selain mereka. Apabila mereka telah masuk, maka pintu itu ditutup, dan tidak ada seorang pun yang masuk (lagi) selainnya.” (HR. Bukhori).
Dan semerbak harum aroma kasturi, bau mulut orang berpuasa masih lebih wangi, “… Demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, bau mulut orang yang berpuasa lebih baik di sisi Allah daripada aroma minyak kasturi.” (HR. Bukhori).

Dua kebahagia sebagai hadiah bagi ahli puasa, “Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan. Saat berbuka, dan saat berjumpa Allah di syurga”. Wahai pemuda, termasuk diriku, mari puasakan syahwat kita dengan puasa senin kamis, atau puasa ayyamul bidh (13, 14, 15 bulan Qomariyah) atau sehari berpuasa, sehari “lebaran”-nya Nabi Dawud ‘alaihissalam. Dan menanti saat-saat berbuka adalah saat-saat bahagia. Yaitu saat kita petik cinta pada masanya.

Padamu Tulang Rusukku*
hati terselimut rindu padamu yang belum terwujud

tulang rusukku, belahan jiwaku

di mana pun engkau berada, semoga dirimu tetap istiqomah

aku masih bertahan dalam diam

tunduk pandangku untuk menjagamu, duhai tulang rusukku

dalam puasa panjang lelaki yang ba’ah

bila nanti tiba waktu berbuka, adzan cinta kan kukumandangkan

rusukku menjelmalah bidadariku

 Achmad Tito Rusady

*(Ditulis pada, 27 Syawal 1431H),

Komentar