Wahai wanita, maaf… untukwanita yang tidak
sempurna menutup auratnya di sekitar Anda. Buat engkau yang memang belum tahu,
maka seharusnya engkau tahu. Buat yang memang sengaja menampakkannya,
ketahuilah. Kami (kaum lelaki) tidak tahu apa sebenarnya yang engkau inginkan
dari itu semua? Agar engkau ingin dilihat? Kami (kaum lelaki) tidak tahu. Tapi
engkau juga yang berpacaran, mengapa engkau berboncengan dan auratmu kelihatan?
Apa maksudmu berbuat begitu? Agar ingin dilihat? Kami (kaum lelaki) tidak tahu.
Kami
(kaum lelaki) jujur saja, kami malu bercelana pendek sambil berkendaraan motor,
apa lagi di muka umum. Sungguh, terlalu banyak aurat yang sudah engkau
pertontonkan. Terlalu banyak pelaku yang bergerak bebas di depan mata kami
(kaum lelaki). Membuat kami semakin menunduk. Terpenjara oleh aurat-aurat yang
begitu "kejam" engkau pamerkan. Ketahuilah, jika engkau menginginkan
kami melihatmu, sungguh memandang aspal itu jauh lebih selamat dari pada
mengangkat kepala ini menatap keindahanmu. Engkau memang indah, tapi bisa
menjerumuskan. Jika kami memandangmu, maka keringlah air mata takut kami kepada
Allah.
Engkau, jangan serta merta menyalahkan kami kaum
lelaki. Jika suatu saat engkau berbusana membangkitkan syahwat, bangkitnya
birahi lelaki adalah fitrah. Ia ibarat bahan bakar, jika engkau menyalakan api
maka terbakarlah. Jika engkau berbusana seksi, maka terjadilah. Kami tahu, dan
engkau pun juga tahu. Bahwa zina tidak terjadi secara tiba-tiba. Ada proses
yang sangat halus dan bertahap. Kami kaum lelaki, seperti juga nabi Adam.
Beliau saja pernah merasa kesepian walau berada di syurga yang penuh
kenikmatan. Akhirnya terciptalah Hawa. Kami kaum lelaki, juga seperti nabi
Yusuf. Yang tergoda saat digoda ratu yang sangat jelita, Zulaikha.
Maka
hadirmu wahai kaum Hawa, sudah membuat hati kami tertarik. Tanpa berdandan pun
engkau sudah membuat kami tertarik. Apa lagi, jika engkau berbuat lebih dari
itu. Maka busanamu, adalah pintu gerbang yang engkau miliki di istanamu. Jika
busanamu mengumbar aurat, maka pintu istanamu telah engkau buka untuk siapa
saja. Pada awalnya kami mendekatimu untuk berkenalan, lalu kita berpacaran.
Hati berbunga, perasaanpun bangga. Kemana-mana engkau kami bawa, memperlihatkan
kepada khalayak bahwa kami punya pacar yang sangat jelita. Busanamu semakin
hari semakin menggoda, dengan maksud menjaga agar kekasihmu tidak berpindah ke
lain wanita yang lebih jelita.
Tapi engkau salah, busanamu adalah pintumu.
Jikalau kami masuk dan mengotori kesucianmu, maka kotorlah sudah. Bagaimana
perasaanmu jika kami tinggalkan begitu saja, setelah kami mendapatkan
segalanya? Dunia mencibir siapa? Orang-orang akan melihat siapa? Tentulah dirimu
wahai wanita. Ya, dunia memang tidak adil. Setelah hilang kesucianmu, seolah
habis sudah kekayaan istanamu. Tidak berharga. Penyesalan begitu panjang, rasa
pahit yang disimpan begitu dalam, bertahun-tahun, entah sampai kapan hal itu
akan sanggup engkau lupakan.
Masihkan
engkau suka memamerkan aurat-auratmu? Jangankan orang yang tidak sholat, orang
yang sholat pun tergoda. Bahkan seorang ulama, bahkan juga seorang nabi Yusuf
pun tergoda! Akan tetapi iman merekalah yang menentukan apakah mereka bisa
bertahan ataukah tergelincir. Engkau adalah ujian terberat bagi kaum lelaki.
Sekarang kami hendak mengajak engkau berfikir, berapakah jumlah laki-laki yang
beriman sekuat nabi Yusuf yang ada di muka bumi ini? Oh, masih terlalu luas.
Begini saja, berapakah jumlah laki-laki yang beriman sekuat nabi Yusuf yang ada
di sekolahmu, di kampusmu, atau di sekitarmu?
Jika engkau masih suka memamerkan auratmu,
ketahuilah. Kami jujur kepadamu, kami memang tertarik, kami tergoda. Tapi
setelah tua, setelah kecantikanmu menua, kami akan tertarik pada yang lebih
muda, yang lebih jelita. Maaf, kecuali bagi lelaki yang beriman dan bertaqwa.
Ia tidak butuh semua perhiasan fisik dan kecantikan wajahmu, dia hanya butuh
wanita yang memiliki kecantikan jiwa. Karena jiwa yang akan terbang ke syurga,
sedangkan raga hanya berakhir di dalam tanah.
Terakhir kami ingin mengatakan, syetan selalu
berada di pihak yang ketiga. Musuh kita yang satu ini tidak kelihatan, tapi
bisikannya bisa menjerumuskan. Maka buatlah para syetan itu menggigit jari
mereka sendiri karena busana ketaqwaan yang engkau kenakan. Sumbatlah
mulut-mulut syetan itu dengan kesibukanmu mempercantik jiwa dengan agama.
Buatlah pekerjaan para syetan itu sia-sia, dengan menyimpan segala kecantikanmu
untuk yang halal bagimu. Karena yang halal itu berpahala, karena yang halal itu
menghapus dosa, dan yang halal itu menghantarkan ke syurga.
Disempurnakan kembali
pada 25 Sya'ban 1435 H/23 Juni 2014. Malang, Kampung
Tilawah, 1 Oktober 2010. Al Faqir Ila Rabbih, Achmad Tito Rusady..
Komentar
Posting Komentar