Merindu Jelita sang Rembulan>>> [“Ada Cinta untuk Ananda…”]

Untukmu Ananda, buah hati yang akan terlahir kelak ke dunia, insyaAllah. Mutiara hatiku, calon pemimpin yang amanah. Betapa lama bumi ini dilanda kemarau rindu yang panjang, rindu pada sosok pemimpin yang cinta dan mengayomi rakyatnya. Sejarah pun menanti goresan tinta dari kisah sang kesatria yang akan menyuburkan kehidupan ini dengan keadilan, menebar kedamaian, hingga penduduk bumi hidup bahagia di bawah atmosfer cinta.


Kudapati kisah salah seorang sahabat yang disayang Rosulullah shallahu'alayhi wasallam. Adalah cita-cita kita pula, menjadi umat yang disayang oleh Rosulullah shallahu'alayhi wasallam. Untuk itu, inilah kisahnya, petiklah teladan dari orang-orang yang disayang Rosulullah shallahu'alayhi wasallam. Para sahabat, mereka adalah cermin yang memantulkan kilaunya cinta dari sang Nabi hingga menerangi kita, meski telah jauh berabad-abad jaraknya.
---------------------------------------------
>> Cuaca panas di Madinah begitu menyengat, sampai unta pun berteduh dibawah bayang-bayang pepohonan, berlindung dari sengatan terik matahari dan semburan debu yang diterpa angin kencang. Utsman bin Affan sedang beristirahat di dalam rumahnya, pandangannya menangkap seorang pria separuh baya dari kejauhan yang terhuyung-huyung menutup mukanya. Orang itu berlari di bawah terik panas matahari yang panasnya mengeringkan semak belukar.

Utsman bin Affan mengintai dari jendela rumahnya, penuh keheranan, siapakah lelaki yang berani menantang matahari sendirian sementara orang-orang berteduh di dalam rumah? Utsman menyangka lelaki itu adalah orang asing yang sedang ditimpa kesusahan. Beberapa saat kemudian orang itu muncul kembali dengan menuntun seekor unta pada tali kekangnya. Tanpa beranjak dari jendela, Utsman memanggil orang asing itu untuk berteduh dari panasnya hari.

Terkejutlah Utsman atas apa yang ia lihat, lelaki itu adalah Amirul Mukminin, Umar bin Khattab. Dengan serta merta, Utsman keluar dan bertanya, “Dari mana engkau, wahai Amirul Mukminin?”
“Umar menjawab, “Engkau lihat sendiri bukan, aku sedang menyeret unta?”
“Milik siapa unta itu?” Tanya Utsman, seraya terkejut. Sebab ia mengenal bahwa Umar tidak pernah lagi mengurus harta bendanya.

“Inilah satu unta sedekah kepunyaan anak yatim yang lepas dari kandangnya dan lari ke jalanan. Jadi aku mengejarnya, dan Alhamdulillah dapat kutangkap.”
Utsman tersentak, “Tidakkah ada orang lain yang dapat melakukan pekerjaan itu? Dan bukannya kau sendiri seorang khalifah?”

Umar memotong tegas, “Wahai Utsman, siapakah yang bersedia menebus dosaku di hari perhitungan kelak? Maukah orang itu memikul tanggung jawabku di hadapan Allah? Kekuasaan adalah amanat, Saudaraku. Bukan kehormatan.”

Utsman menyarankan agar Umar beristirahat dahulu menunggu cuaca agak redup. Umar hanya menjawab, “Kembalilah ke tempatmu bernaung, Saudaraku. Biarlah kuselesaikan kewajibanku.”

Dengan langkah tergontai Umar melanjutkan perjalannya, meninggalkan Utsman diam berdiri menatap sahabatnya itu dengan linangan air mata. Ia bergumam, “Engkau adalah cermin bagaimana seharusnya seorang pemimpin negara berbuat, engkau membuat berat para khalifah sesudahmu”.

***
Umar, salah seorang sahabat Rosulullah shallahu'alayhi wasallam yang amanah. Tegas kepemimpinannya. Cinta pada rakyatnya. Hingga seorang penyair, Hafizh Ibrahim pernah berkata,

Sang Khalifah lapar, meski dunia ada di genggamannya
Zuhud punya kedudukan tinggi di Mata yang Mahasuci
Tidak ada yang menandingi Abu Hafsh atau ingin serupa
Sejak zaman Rasulullah, akhlak Umar terus diteladani
::::::
>> Itulah sepeganggal kisah seorang kesatria kaum muslimin. Darinya kita petik keteguhan tauhid, hingga kelak kau akan kuat menghadapi zaman yang fitnahnya terus menggelinding, mengancam iman. Lindungilah ia, ia adalah bekalmu untuk pulang ke kampung akherat kelak.
 
..Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami  imam bagi orang-orang yang bertakwa.” [QS. Al-furqan: 74]
* * *
“~Malang, 13 Jumadatsaniyah 1432 H. [Di saat purnama menghias langit. Pukul 23:12.WIB]~”
___________________________________________________ 
Sumber:
  • الكتاب : دروس للشيخ محمد حسان
    المؤلف : محمد بن إبراهيم بن إبراهيم بن حسان
    مصدر الكتاب : دروس صوتية قام بتفريغها موقع الشبكة الإسلامية
    http://www.islamweb.net
    [الكتاب مرقم آليا، ورقم الجزء هو رقم الدرس - 179 درسا]

  • Abul Fathi Shabri, 2008. Mereka yang Dido’akan Rosulullah. Surakarta: Ziyad Visi Media.

Komentar