Mutiara Sabar Untukmu

Semoga kalimat-kalimat ini tidak sekedar mudah diucapkan, namun juga mudah dilaksanakan. Memohon kepada Allah petunjuk dan kekuatan, agar lulus dalam segala ujian yang Ia berikan. Jika Allah cinta kepada hambanya, maka cobaan dan ujian adalah alat uji kejujuran cinta, baik berupa kesusahan atau pun kesenangan.
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS. Al-Anbiya’: 35)

Jika ujian itu dilewati dengan sabar maka pahala baginya. Alangkah rugi bagi orang yang sudah ditimpa bencana, lalu tidak ridho atas bencana itu maka pahalanya sudah tidak dapat, sedih pasti ada.


“Sesungguhnya besar pahala setimpal dengan besarnya cobaan. Ketika Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Barang siapa yang rela dengan ujian yang menimpanya, Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang marah dengan ujian yang menimpanya, maka Allah akan marah kepadanya” (HR. At-Tirmidzi, no: 2396 dalam kitab An-Zuhd.)

Bagimu wahai pemuda, yang telah bergelut dengan segala macam usaha untuk menggenapkan setengah diennya namun tak kunjung menemukan hasil, maka ini pun menjadi nasihat untukmu dan terkhusus untukku sekaligus. Simaklah kalam Allah yang menentramkan hati ini, semoga mempertebal sabar, agar sabar itu sendiri dapat sabar dalam kesabarannya.

Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka. (QS. Al-Insan: 24)

Karenanya Nabi Muhammad shallallahu'alayhi wasallam tidak boleh galau bila pertolongan Allah ta'ala kelihatannya datang terlambat di saat para musuh melakukan tekanan-tekanan psikis, dan Nabi shallallahu'alayhi wasallam juga tidak boleh merasa lemah dan berkeluh kesah hingga menuruti ajakan-ajakan kaum kafir. (Abdul Mun’im al-Hasyimi, Akhlak Rasulullah dalam Bukhari Muslim, hlm. 55)

Di sini, aku mengajak kau berlayar dalam perahu sabar. Dalam perahu sabar ini kita harus memilih, sebab jika kita tidak berada dalam perahu kesabaran ini, pasti kita akan berada dalam perahu putus asa yang entah ke mana kita akan berlayar, entah sampai entah berhenti di tengah jalan. Sabar, meski perjalanan kita tidak secepat kijang berlari, namun jika jalan yang kita tempuh benar, maka inysaAllah kita akan sampai pada tujuan.

Sekelompok kaum mendahului kami dengan menunggangi kuda jantan, sedangkan kita menunggangi keledai yang mandul.” Kata sekelompok orang berkata kepada Al-Hasan, Al-Hasan berkata, “Jika kalian mengikuti jalan mereka, maka kalian akan segera menyusul.”

InsyaAllah, dalam sabar kita akan berjumpa dengan manisnya di akhir dari cerita ini. Siapa pun tidak akan pernah merasakan lezatnya manis, jika yang pahit saja tidak pernah ia telan. Maka bersabarlah, dalam sabar itu ada kebaikan-kebaikan, bahkan sangat dekat dengan kemudahan. Perhatikanlah bahwa Allah tidak mengatakan dalam ayatNya, “Setelah kesusahan ada kemudahan”. Tidak demikian, lihatlah Allah berfirman, Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”  terulang dua kali dalam surat Al-Insyirah.


:: Ibarat Emas yang Ditempa ::

Jika gelas cantik yang terletak dalam etalase di sebuah toko itu tidak sabar dalam perjalanannya yang bermula dari tanah liat, lalu ditempa, dibakar hingga mengeras, lalu dicat, maka gelas tidak akan menjadi sepesona gelas yang terpajang di toko-toko mewah itu. Ia bermula dari tanah liat yang tidak berarti, ditanami tumbuhan pun tidak tumbuh kecuali hanya tetumbuhan liar, namun kesabaran telah membuatnya sampai berbentuk benda yang tidak hanya cantik namun juga berharga. Seperti itulah pesona sabarnya seorang mukmin atas ketetapan Allah ta'ala.

Luqman al-Hakim saat berpesan kepada anaknya, “Wahai anakku, emas itu diuji (dibakar) dengan api dan hamba yang sholeh diuji dengan bencana. (Ihyaa Ulumuddin: 4/130)
“Sesungguhnya besar pahala setimpal dengan besarnya cobaan. Ketika Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Barang siapa yang rela dengan ujian yang menimpanya, Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang marah dengan ujian yang menimpanya, maka Allah akan marah kepadanya” (HR. At-Tirmidzi, no: 2396 dalam kitab An-Zuhd.)

Oleh karenanya, sikap awal seorang muslim ketika bencana menyapanya adalah sabar atas perasaannya, agar jangan sampai berprasangka buruk kepadaNya. Karena syetan selalu menghembuskan hawa kemarahan dan prasangka buruk.

:: Desakan Putus Asa ::

Tangguhlah sebentar, deraan cobaan hanya mampir sebentar bertamu ke dalam lubuk hatimu. Sambutlah ia dengan senyum, agar hatimu tidak mendung, agar sudut matamu tidak gerimis meratap kejadian.

Ada pelangi setelah hujan..

Ada pagi setelah malam..

Asy-Sya’bi berkata, “Bencana itu seperti telur yang dianggap penjara bagi isi yang ada di dalamnya. Telur itu melindungi, menjaga, dan memberi perhatian pada isinya dengan sempurna. Dan tidak ada yang dapat dilakukan isinya selain bersabar selama beberapa saat dan harus rela agar sampai ke tujuan. Kemudian telur itu pecah sehingga keluarlah makhluk yang lain”. (Wahyu al-Qalam, 2/94)

Godaan terberat adalah hadirnya putus asa yang ikut bertamu ke lubuk hati, namun kita sebagai tuan rumah berhak menutup pintu hati rapat-rapat dari putus asa. Karena putus asa adalah hembusan bisik-bisik syetan yang akan masuk dan merusak telaga hatimu yang begitu berharga.


:: Sebagai Penghapus Dosa-Dosa ::

“Ketika Allah menginginkan kebaikan bagi hambaNya, Dia akan bersegera menimpakan cobaan kepadanya di dunia. Sedangkan ketika Allah menginginkan keburukan bagi hamba-Nya, Dia akan menunda hukumannya yang berhak diperolehnya karena dosa-dosa yang dilakukannya, sampai ia datang kepada-Nya pada hari kiamat dengan dosa-dosanya”. (HR. at-Tirmidzi dan al-Hakim dari Anas r.a, serta ath-Thabrani dari ‘Ammar bin Yassar, dalam Shahih Jami’ ash-Shaghir, no. 308)

“Tidak ada sesuatu yang menyakitkan yang menimpa seorang Muslim, meskipun hanya seonggok duri melainkan Allah akan menghapuskan kesalahannya dan merontokkan dosa-dosanya sebagaimana pohon merontokkan dedaunannya. (HR. Muttafaqun ‘alaihi dari Ibnu Mas’ud, sebagaimana yang terdapat dalam Riyadhussolihin, no. 39.)

“Cobaan tidak turun kepada diri Mukmin laki-laki dan Mukmin perempuan, kepada anaknya, dan kepada hartanya, hingga ia bertemu Allah (meninggal dunia) melainkan dosa-dosanya telah terhapus (oleh cobaan tersebut).” (HR. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah r.a, dalam Shahih Jami’ ash-Shaghir, no. 5815.)


:: Bebaskan dari Penyakit Hati ::
 
Sabar tidak akan singgah dalam hati orang yang hatinya berpenyakit

Oleh karenanya kebersihan hati adalah tanda sehatnya hati

Sebab betapapun lezatnya makanan, tetap hambar rasanya bagi orang yang menderita sakit

Begitu pula hati, hati hanya bisa merasakan lezatnya ibadah karena hati bersih dari segala penyakit yang merusak hati.

وْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“(Yaitu) hari di mana tidak berguna lagi harta dan anak-anak kecuali mereka yang datang menemui Alloh dengan hati yang selamat (selamat dari kesyirikan dan kotoran-kotorannya).” (QS. Asy Syu’ara: 88-89)

__________________________________________________________
Referensi:
  • Abdul Mun’im al-Hasyimi, Akhlak Rasul Menurut Bukhari dan Muslim, Jakarta: Gema Insani Press, 2009.
  • Khalid Ahmad Abu Syadi, Ar-Risalah Targhib wa Tarhib, Jakarta: Sahara intisains, 2009.
  • Syaikh Muhammad bin ‘Abdul ‘Aziz as-Sulaimani al-Qor’awi, Al-Jadid fi Syarhi Kitab at-Tauhid, Bogor: At-Tibyan, 2003.

Al Faqir ila Robbihi, Achmad Tito Rusady

Komentar