Jangan Sedih: Allah Hanya Ambil Sedikit

            Adakalanya musibah yang menimpa kita itu berat, tapi sadarkah bahwa hidup kita dalam kemudahan dan kesehatan jauh lebih lama? Saat Allah beri kita sakit sehingga harus menginap di rumah sakit dalam beberapa hari, sesungguhnya masa sehat kita jauh lebih lama ketimbang masa sakit kita. Allah hanya mengambil sedikit dari masa sehat kita.

            

Mungkin kita pernah kehilangan sesuatu, tapi sesungguhnya Allah hanya mengambil sedikit dari kita. Adapun yang Allah tinggalkan itu masih lebih banyak. Hal seperti ini patut kita renungkan, agar kita kuat saat menghadapi musibah. Namun kesabaran yang hebat seperti itu tidak terjadi kecuali pada orang beriman.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu).


Kesabaran Urwah bin Zubair yang Menakjubkan

Urwah dikenal orang yang memiliki sifat terpuji. Beliau seorang ahli hadith, cerdas, kuat hafalannya, pakar sejarah, dan jauh dari berbagai macam fitnah. Beliau adalah pengarang pertama Al Maghazi. Beliau juga orang yang paling mengerti sastra di jamannya, dan beliau termasuk tokoh yang sangat diperhitungkan. Akan tetapi beliau sangat penyabar, ketenangan jiwanya tidak bisa digambarkan dengan apa pun.

Suatu hari Urwah pergi dari Madinah menuju Damskus. Di tengah perjalanan di Wadi Al Quro, salah satu kakinya terluka. Beliau pun melanjutkan perjalanannya, akan tetapi lukanya sudah menjalar ke betisnya. Sesampainya di Damasku, Urwah menemui Khalifah Al Walid bin Abdil Malik. Lekas saja Al Walid memanggil para dokter terbaik untuk mengobati lukanya. Saat para dokter itu berkumpul, mereka bersepakat bahwa solusinya adalah amputasi. Jika tidak, penyakitnya akan menjalar ke seluruh tubuh. Urwah sepakat, dan dokter pun mulai memberikan bius agar Urwah tidak merasakan sakit saat kakinya diamputasi.

Akan tetapi Urwah menolaknya dan berkata, “Tidak! Demi Allah. Aku tidak mengira bahwa ada orang yang beriman yang meminum atau makan sesuatu yang menghilangkan akalnya. Jika kalian ingin memotong kakiku, lakukan saja. Potonglah saat aku melaksanakan sholat. Sesungguhnya aku tidak akan merasakan sakitnya.”.

Saat Urwah melaksanakan sholat, para dokter mulai memotong kakinya. Urwah tampak tenang dalam sholatnya, tidak menggeliat kesakitan ataupun gemetaran. Selesai melaksanakan sholat, Al Walid menenangkannya atas musibah yang dideritanya. Tapi Urwah berkata, “Ya Allah… segala puji bagiMu . Aku dulu punya dua tangan dan dua kaki, lalu Kau ambil satu. Engkau telah mengambilnya, dan Engkau juga meninggalkan sisanya. Meski Engkau telah memberi musibah keapadaku, sungguh masih lebih panjang masa sehatku. Segala puji untuk-Mu atas apa yang Engkau ambil dan yang Engkau berikan dari masa sehatku. Wahai Allah, aku tidak pernah melangkahkan kakiku untuk keburukan sekalipun”.[1]

            Subhanallah… Indah nian kesabaran itu, sehingga membuat seseorang bisa berpikir jernih dan kuat menghadapi keadaan yang menimpanya. Nabi Ayyub yang diuji dengan sakit parah selama belasan tahun, merasa malu kepada Allah. Tatkala istrinya memintanya untuk berdoa kesembuhan kepada Allah, Nabi Ayyub bertanya kepada istrinya, “Wahai istriku berapa lama aku hidup dalam kenikmatan?”. Istrinya menjwab, “Engkau terkena sakit ini di usiamu yang ke 70. Jadi sudah 70 tahun Engkau hidup dalam kenikmatan”. Ayyub berkata, “Kalau begitu tidak bolehkah aku bersabar dari sakit ini 70 tahun yang akan datang?”. [2]

Mengapa harus sedih, kalau Allah ta’ala masih menyisakan kita banyak kenikmatan. Ya Allah…. Jadikan kami insan yang penyabar. Jadikan kami insan yang penyabar… Allahumma amin.


Akhukum fillah, Achmad Tito Rusady, ghofarollahu lahu.


[1] قصة عروة بن الزبير، الشيخ زيد بن عبدالعزيز الفياض، http://www.alukah.net/web/fayad/0/23447/#ixzz3b10q4cub
[2] قصة نبي الله أيوب عليه السلام كامله للشيخ نبيل العوضي   https://www.youtube.com/watch?v=1UZCJQrDfLY

Komentar