Bermetamorfosa dalam Kepompong Ramadhan

          Suatu hari seorang anak melihat sebuah kepompong yang hampir menetas. Anak itu menyaksikan dengan seksama bagaimana proses makhluk yang ada di dalamnya itu keluar. Sang anak menyangka bahwa makhluk itu sedang mengalami kesulitan saat membuka cangkangnya. Dengan maksud baik, sang anak membantu si kupu-kupu keluar dari cangkangnya. Dan, keluarlah kupu-kupu itu. Tapi, yang terjadi adalah….


          Si kupu-kupu tidak bisa terbang. Sayapnya tidak cukup kuat untuk bisa dikembangkan. Akhirnya, kupu-kupu malang itu hanya bisa berjalan, tanpa bisa terbang.

          Kupu-kupu itu tidak bisa terbang karena dibantu sang anak, sehingga melewatkan satu proses. Seharusnya si kupu-kupu membuka sendiri cangkangnya. Karena dalam proses itu, ada enzim-enzim tertentu yang akan menguatkan sayap-sayapnya. Jika tidak demikian, enzim-enzim itu tidak akan keluar, kupu-kupu tidak bisa terbang.

          Ada hikmah dalam ilustrasi tersebut. Yakni, keberhasilan itu tidak lepas dari mengikuti prosedur yang benar. Dalam semua hal, prosedur harus ditaati dan dijalankan. Jika tidak, hasilnya pasti tidak sesuai dengan harapan. Dalam dunia penelitan di bidang kimia misanya, seorang peneliti harus membuat ramuannya sesuai dengan takaran yang ditentukan. Jika tidak, dia akan gagal.

          Ramadhan adalah "kepompong" kita. Kita bermetamorfosa di bulan Ramadhan dengan puasa, untuk menjadi hamba Allah yang bertaqwa. Sebuah derajat yang paling tinggi di sisi Allah. Tapi, apakah hanya dengan sekedar berpuasa seseorang akan menjadi orang bertaqwa? Pertanyaan lainnya, mengapa ada orang yang berpuasa sebulan penuh tapi kebiasaan buruk dan kejahatannya tetap ada?

          Jelas sekali, hal itu dikarenakan puasanya hanya sekedar menahan makan, minum dan berhubungan badan. Sedangkan dosa-dosa lainnya tidak dipuasakan. Seperti, menggunjing orang, menghina, berkata kotor, berbohong, memandang hal-hal yang haram, dan lain sebagainya.

          Oleh karenanya, seseorang harus berupaya menjadikan suasana Ramadhannya berbeda dengan di luar Ramadhan. Kita masih menjumpai pada bulan Ramadhan, sebagian kaum muslimin masih bercanda ria dengan lawan jenis, berboncengan dengan lawan jenis, atau mengumbar aurat. Bukan berarti di luar Ramadhan boleh melakukan itu. Bukan. Perbuatan semacam itu haram di luar Ramadhan, terlebih lagi di bulan Ramadhan.


Puasa yang Sia-Sia

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barang siapa yang tidak dapat meninggalkan perkataan zuur (perkataan dusta) atau mengamalkannya maka Allah tidak butuh rasa lapar dan dahaganya”[ HR. Bukhori no. 1903].
          Perkataan zuur adalah segala perkataan yang mengandung kejelekan, jauh dari kebenaran, seperti berbohong, dan kesaksian palsu. Adapun perbuatan zuur, adalah segala perbuatan jelek, seperti menipu, dan lain sebagainya. [1]

Dalam hadits yang lain disebutkan,

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَ الرَّفَثِ

“Bukanlah yang dimaksudkan dari puasa itu menahan diri dari makan dan minum semata, melainkan lebih dari itu yaitu menahan diri perkataan sia-sia dan kotor”[ HR. Ibnu Khuzaimah no. 242/III.].
Ibnu Rajab menjelaskan dalam Lathaifu Al Ma’arif, bahwa taqorrub kepada Allah bagi orang yang berpuasa tidak akan sempurna sampai dia meninggalkan apa saja yang diharamkan Allah. [2] Oleh karenanya Jabir bin Abdillah berkata, “Jika kamu berpuasa, maka puasakanlah pendengaranmu, pandanganmu, lisanmu, dari perkara yang diharamkan oleh Allah. Jangan sakiti tetangga. Berlemah lembutlah. Jangan jadikan puasamu sama saja dengan kamu tidak berpuasa”. [3]

          Walhasil, seorang muslim yang berpuasa hendaknya mengikuti aturan dan prosedurnya dengan baik. Agar puasanya menghasilkan pribadi yang bertaqwa. Jika tidak, maka merugilah dia. Sebagaimana di dalam hadith-hadith yang telah disebutkan tadi. Akan tetapi, bila dia melakukan perbuatan haram yang tidak sampai membatalkan puasanya, hendaknya dia bertaubat kepada Allah. Karena hanya dengan taubat, puasanya akan kembali bermanfaat untuk dirinya. Insya Allah.

 Allahumma ballighna ramadhan…

16 Sya’ban 1436 H. Di saat purnama ketiga menghias langit kota Malang. Akhukum fillah, Achmad Tito Rusady, ghafarollahu lahu.




[1] عبد الرحمن بن عبد الخالق اليوسف ، معنى حديث "مَن لم يدع قول الزور والعمل به.."http://ar.islamway.net/fatwa/18625/
[2] زين الدين عبد الرحمن بن أحمد بن رجب بن الحسن، السَلامي، البغدادي، ثم الدمشقي، الحنبلي، لطائف المعارف فيما لمواسم العام من الوظائف، (دار ابن حزم للطبتعة والنشر)، 1424هـ/2004م. الجزء الأول، 155.
[3] Ibid, juz 1, hlm. 155.

Komentar