Kagungan Sang Pemberi Rejeki


Seorang lelaki faqir tengah mengurusi ibu, istri dan anak-anaknya. Kesehariannya ia bekerja sebagai pembantu dan dia adalah seorang pekerja yang sangat tekun dan professional. Hingga pada suatu hari ia tidak masuk kerja tanpa kabar. Sang juragan hanya berkata dalam hati, “Kalau begitu, aku harus memberinya tambahan gaji agar dia tidak alpa bekerja lagi”.



Dan ternyata benar, setelah ada kebijakan baru, lelaki itu pun bekerja lebih giat. Saat ia menerima gaji, ia tidak berkata atau bertanya apa pun. Berlalulah hari dan dia pun alpa untuk yang kedua kalinya. Sang jurangan pun marah besar, dan berkata, “Kali ini akan kupotong gajinya!!”

Saat lelaki itu menerima gaji, ia tahu bahwa gajinya sudah dipotong, akan tetapi ia tetap diam tidak berkata ataupun bertanya apapun tentang perubahan gajinya. Hal itu membuat sang juragan keheranan. Akhirnya ia bertanya, “Aku tambahi kamu gaji, kamu diam saja. Aku potong gajimu kamu juga tetap tidak berkata apa-apa!”.

Lelaki itu menjawab, “Ketika aku alpa pertama kali, itu karena Allah karuniai aku anak, saat itu Anda naikkan gajiku. Maka aku berkata, ‘ini adalah rejeki anakku yang datang bersamaan lahirnya anakku’. Dan ketika aku alpa untuk yang kedua kalinya, itu karena ibuku meninggal dunia. saat itu pula Anda memotong gajiku. Maka aku berkata, ‘rejeki ibuku telah pergi bersamaan perginya ibuku’.

-----
Betapa indah ruh-ruh yang qona’ah dan ridho atas apa yang telah dianugerahkan Ar Rahman, ia tidak menisbatkan bertambah dan berkurangnya rejeki kepada manusia.

اَللّٰهُمَّ اَكْفِنِيْ بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنِيْ بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ.

“Ya Allah, berilah aku kecukupan dengan rezeki yang halal, ehingga aku tidak memerlukan yang haram, dan berilah aku kekayaan dengan karuniamu, sehingga aku tidak memerlukan bantuan orang lain, selain diri-Mu.” (HR. Ahmad)

---------------------------
Selesai diterjemahkan, 17 Ramadhan 1437 H. Achmad Tito Rusady.

Komentar