Hijrah secara
bahasa artinya pindah. Sedangkan secara istilah artinya adalah berpindahnya
seseorang dari negeri kafir menuju negeri Islam. Hukum hijrah adalah wajib. Sehingga
orang yang tidak mau berhijrah sedangkan dia mampu untuk hijrah maka dia
berdosa bahkan tempatnya adalah neraka Jahannam. Na’udzubillah min dzaalik. Allah
ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?”. Mereka menjawab: “Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)”. Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?”. Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali, kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa: 97-100).
Kronologi Singkat
Hijrahnya Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam
- Beliau menunjuk teman hijrah, yakni Abu Bakr Ash Shiddiq.
- Beliau menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai pengecoh musuh, yang risiko bagi Ali sendiri adalah dibunuh.
- Beliau menunjuk Amir bin Fuhairah, penggembala kambing, untuk menghapus jejak mereka dengan kambing-kambingnya ketika di perjalanan.
- Beliau menunjuk Abdullah bin Abu Bakar sebagai seksi konsumsi, yang mengantarkan makanan kepada mereka saat bermalam selama tiga hari di Gua Tsur.
- Beliau menunjuk Abdullah bin Uraiqith al Laitsi sebagai penunjuk jalan alterntif menuju Madinah.
- Beliau mencari tempat yang aman untuk bersembunyi, yakni Gua Tsur.
Hikmah:
Betapa Rasulullah shallallahu ‘alayhi
wasallam masih berusaha maksimal untuk sebuah perjalanan hijrah. Padahal beliau
bisa saja meminta kepada Allah ta’ala untuk langsung tiba di Madinah, tanpa
perlu berlelah-lelah mempersiapkan segala sesuatunya. Maka dari kronolgi hijrah
beliau dapat dipetik pelajaran, bahwa tawakal (pasrah) kepada Allah ta’ala yang
sebenarnya adalah setelah seseorang berdo’a dan melakukan usaha yang maksimal.
Hal
ini dikarenakan dua hal, pertama: usaha seorang muslim adalah sebagian dari
ibadah. Sehingga setiap usahanya akan diberi pahala oleh Allah ta’ala. Kedua,
setelah seseorang melakukan usaha maksimal, maka di saat itulah dia bisa
bertawakal secara total kepada Allah ta’ala, dan inilah tawakal yang
sesungguhnya. Sebab ketika semua usaha telah dilakukan, maka tidak ada jalan
lain kecuali kepada Allah ta’ala. Namun jika seseorang belum melaksanakan usaha
yang maksimal, lalu tawakal kepada Allah ta’ala, maka sesungguhnya hatinya
belum total dalam tawakal kepada Allah ta’ala, sebab sedikit atau banyak
hatinya masih bergantung kepada sebab-sebab yang belum dia perjuangkan.
Oleh karenanya ketika beliau
shallallahu ‘alayhi wasallam berusaha untuk mengecoh musuh, namun ternyata musuh
sudah mengepung rumah beliau, beliau pun pasrah kepada Allah ta’ala, akhirnya
Allah ta’ala memberi jalan keluar. Mata mereka dibutakan oleh Allah ta’ala sehingga
tidak bisa melihat Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam keluar bersama Abu
Bakar dari rumah mereka.
Saat beliau berusaha menghapus jejak
selama di perjalanan, Suroqoh, seorang Quraisy Makkah yang ahli dalam melacak
jejak, mendapati mereka. Suroqoh yang berambisi mendapatkan hadiah 100 ekor
onta dari Abu Jahal, segera memacu kudanya mendekati beliau dan Abu Bakar. Namun
Allah ta’ala menolong mereka. Tiba-tiba kedua kaki kudanya terbenam ke tanah,
ia pun terpelanting. Dicobanya lagi, kaki kudanya terbenam lagi, ia
terpelanting lagi. Saat itulah Suraqah yakin bahwa Rasulullah shallallahu ‘alayhi
wasallam adalah orang yang dilindungi. Ia pun merahasiakan keberadaan mereka
berdua.
Saat beliau dan Abu Bakar berusaha
mencari tempat yang aman yakni Gua Tsur, orang quraisy berhasil mendekati gua. Namun
demikian, mereka tidak juga bisa menemukan beliau dan Abu Bakar. Begitulah seorang
mukmin yang bertawakal kepada Allah ta’ala, yakni ia pasrah dengan
sebenar-benarnya pasrah di ujung usaha kerasnya. Wallahu ta’ala a’lam..
Poin Pengajian Rutin Rabu Pagi, oleh: Achmad Tito Rusady
Komentar
Posting Komentar