Telah berkata kepada kami Abdurrahman bin Ishaq, dari
Al Qosim bin Abdirrahman berkata, “Pernah suatu kali Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu selesai membaca Al Qur’an, beliau berkata di hadapan para bujang, “Mana para
bujang, mendekatlah! Hendaknya kalian berdoa, ‘
" اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي امْرَأَةً إِذَا نَظَرْتُ إِلَيْهَا سَرَّتْنِي ، وَإِذَا أَمَرْتُهَا أَطَاعَتْنِي ، وَإِذَا غِبْتُ عَنْهَا تَحْفَظُ غَيْبَتِي فِي نَفْسِهَا وَمَالِي " .
Allahummarzuqni imra’atan idzaa nazhortu
ilaiha sarrotni, wa idzaa amartuha athoo’atni, wa idzaa ghibtu ‘anhaa tahfazhu
ghoybati fi nafsia wa maali
“Ya Allah rizqikan padaku seorang istri
yang bila kumelihatnya menyenangkanku, bila kuperintah ia taat padaku, dan bila
aku tidak ada di rumah, ia menjaga dirinya dan hartaku”[1]
Doa tersebut mengandung kriteria istri shalihah,
sebagaimana dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam:
الدُّنْيَا
مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرْتَ إِلَيْهَا
سَرَّتْكَ، وَإِذَا أَمَرْتَهَا أَطَاعَتْكَ، وَإِذَا غِبْتَ عَنْهَا حَفِظَتْكَ
فِي نَفْسِهَا وَمَالِكَ
“Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik
perhiasannya adalah wanita yang shalihah. Bila engkau memandangnya, ia menyenangkanmu.
Bila engkau perintah, ia menaatimu. Dan bila engkau bepergian meninggalkannya,
ia menjaga dirinya (untukmu) dan menjaga hartamu1.” (HR. Ahmad (2/168) dan
Muslim (no. 3628)
Peringatan:
Lafal سَرَّتْنِي
(sarrotni) berarti menyenangkanku. Jangan sampai terbaca شَرَّتْنِي
(syarrotni) berarti berbuat jahat padaku. Dalam ilmu tajwid kesalahan seperti
ini disebut dengan lahn jaaliy (kesalahan fatal) yang dapat merubah arti.
***
Oleh: Achmad Tito Rusady, di penghujung subuh 24 Syawal
1438 H. Ditemani sosok yang hadir dari doa tersebut, walillahilhamd.
[1] Raudhatul
Muhibbin wa Nuztahun lil Musytaqin, Ibnul Qoyyim Al Jauziyah, (Beyrut: dar Al
Kutub, 1983), hlm. 159.
Komentar
Posting Komentar