Khutbah: Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan Republik Indonesia

Hasil gambar untuk bendera indonesia

Amma ba’du

            Segala puji bagi Allah ta’aala yang telah memberi kita nikmat dan karuniaNya, berupa kesehatan, kesempatan, iman dan islam, terlebih khusus nikmat rasa aman yang Allah ta’alaa telah karuniakan kepada kita semuanya, sehingga kita bisa melaksanakan berbagai macam aktifitas, tertutama ibadah, dengan nyaman dan aman.

            Nikmat tersebut telah Allah ta’ala berikan kepada negeri kita ini sejak 72 tahun yang lalu. Setelah bangsa kita, dijajah oleh bangsa lain yang membuat para pendahulu kita kesusahan, tersiksa dan juga menderita a. Setalah Allah ta’aala memberikan kemenangan kepada para pejuang Indonesia, negeri ini aman sentausa, rakyat kembali melakukan aktifitas seperti biasa dengan aman, bekerja, sekolah, berkumpul dengan keluarga, makan, minum, dan lain sebagainya.



            Maka nikmat rasa aman amatlah sangat mahal harganya, lebih mahal dari pada harta dan kekayaan. Sebab rasa amanlan yang membuat seseorang bisa bekerja, menghasilkan uang, sampai menikmati hasil kerjanya. Oleh karena itu, nikmat kemerdekaan ini, wajib kita syukuri dengan baik. Rasa syukur yang terus menerus, yang tidak hanya kita ungkapkan hanya sekali seumur hidup, atau mungkin hanya setahun sekali, namun sepanjang hari kita nikmati dan kita syukuri nikmat Allah ta’ala tersebut. Karena sungguh, demi Allah. Nikmat rasa aman yang kita rasakan sekarang ini, adalah nikmat yang diinginkan oleh saudara-saudara muslim kita di negara yang tertindas dan terjajah oleh agama lain.

            Kaum muslimin sidang Jum’at rahimakumullah. Maka rasa syukur kita kepada Allah ta’ala atas kemerdekaan ini, kita wujudkan dengan tiga cara, yakni rasa syukur dengan hati kita, lisan kita dan perbuatan kita.

            Rasa syukur dengan hati adalah dengan cara mengakui bahwa nikmat kemerdekaan ini adalah dari Allah ta’ala, sebagaimana firmanNya,


وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya) (QS. An Nahl: 53)

            Maka dengan mengakui nikmat kemerdekaan ini adalah dari Allah ta’aala dengan hati kita, menghayati sepenuhnya, bahwa tidak ada daya dan kekuatan melainkan datangnya dari Allah ta’alaa, maka hati kita pun akan menggerakkan lisan dan perbuatan kita untuk bersyukur kepadaNya.

            Dan bentuk syukur kita dengan lisan kita adalah dengan menyatakan bahwa nikmat kemerdekaan ini datangnya dari Allah ta’aala. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman:


وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ (11)
Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur). (QS. Ad Dhuha : 11).

            Dan Alhamdulillah, para pendahulu kita telah menyatakannya dalam teks UUD 1945 dengan mencatumkan secara tegas, “Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa”, ini adalah pernyataan yang merupakan ciri dan karakter seorang hamba Allah ta’ala, yakni menisbatkan segala nikmat yang dia terima adalah dari Allah ta’ala.

            Kemudian melalui lisan kita, jangan sampai kita lupa untuk mendoakan para pahlawan kita yang telah berjasa dan berjuang untuk merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah. Sebagaimana hal ini yang diajarkan oleh Nabi kita, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam,

وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ، فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ، فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ»
“Barang siapa yang berbuat baik kepada kalian, maka balaslah kebaikannya. Jika kalian tidak mampu membalas kebaikannya, maka doakanlah dia sehingga seolah kalian merasa bahwa doa tersebut mencukupi kebaikannya”. (HR. Abu Dawud).

            Kita mendoakan para pahwalan kita yang telah gugur di medan perang, agar dilapangkan kuburnya, Allah ta’ala ampuni kesalannya, dan menerima amal-amal sholeh mereka.

Jama’ah sidang Jum’at rahimakumullah, lalu yang ketiga adalah mensyukuri dengan perbuatan. Setelah kita mensyukuri nikmat Allah ta’ala dengan hati, dan kita nyatakan dengan lisan, maka yang ketiga adalah mensyukurinya dengan perbuatan. Hal ini sebagaimana Allah ta’ala berfirman kepada Nabi Dawud ‘alayhissalam dalam QS. Saba’ ayat 13:
اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ (13)
“Beramallah wahai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba Ku yang berterima kasih”
           
            Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya,
وَقُلْنَا لَهُمُ اعْمَلُوا شُكْرًا عَلَى مَا أَنْعَمَ بِهِ عَلَيْكُمْ فِي الدُّنْيَا وَالدِّينِ.
            “Dan kami katakan kepada keluarga Dawud, beramallah kalian sebagai tanda syukur atas nikmat yang telah kuberikan kepada kalian berupa nikmat dunia dan agama”.


            Maka bentuk syukur kita kepada Allah ta’aala dengan perbuatan adalah dengan beramal sholeh. Selain itu juga perlu kita wujudkan dengan dakwah, mengajak orang lain untuk sama-sama melakukan ketataan dan beramal sholeh. Sebab amal sholeh tidak cukup dikerjakan sendiri saja, namun harus disebarkan sehingga penduduk negeri ini bisa sama-sama beramal sholeh. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman,

{وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ} [الْأَعْرَافِ: 96]
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”. (QS. Al A’raf: 96)

Dan juga dakwah ini juaga adalah usaha mengajak setiap personal untuk memperbaiki diri, agar  Allah ta’ala senantiasa memperbaiki keadaan kita, pemimpin kita, dan negeri kita, sebagaimana firmanNya,

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
 Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Ar ra’d: 11).

Dan pula kita tingkatkan iman kita kepada Allah ta’ala, karena keimanan itu sangat berkaitan erat dengan kemananan. Semakin baik imannya suatu penduduk negeri kepada Allah, Allah ta’ala anugerahkan kepadanya keamanan. Sedangkan apabila penduduk suatu negeri itu meninggalkan keimanannya kepada Allah ta’ala, Allah ta’ala akan cabut keberkahan negeri itu yang salah satunya adalah keamanan. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ (82).
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kelaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al An’am: 82).

Barokallahu li walakum....




Komentar

  1. Izin untuk bisa saya pake yah materi ini... Khutbah jumat . Anwar Tangsel

    BalasHapus

Posting Komentar