الحمدُ لله ربِّ
العالمين، الحمدُ لله الذي بنعمته تتمُّ الصالحات، وبعَفوِه تُغفَر الذُّنوب
والسيِّئات، وبكرَمِه تُقبَل العَطايا والقُربَات، وبلُطفِه تُستَر العُيُوب
والزَّلاَّت، الحمدُ لله الذي أماتَ وأحيا، ومنَع وأعطَى، وأرشَدَ وهدى، وأضحَكَ
وأبكى؛ ﴿ وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ
لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ
تَكْبِيرًا) . فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ
وَالمُؤْمِناَتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ
المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا الله َحَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ فَضِيْلٌ
وَعِيْدٌ شَرِيْفٌ جَلِيْلٌ. قَالَ اللهُ تَعَالى فِيْ كِتَابِهِ الكَرِيْمِ.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الَّرجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الَّرحمن الرحيم.
إِنّا أَعْطَيْنَاكَ الكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ
هُوَالأَبْتَرُ.
Hadirin, marilah kita bersyukur atas karunia dan
nikmat Allah yang telah Allah berikan kepada kita berupa kesehatan kesempatan,
nikmat iman dan Islam, terkhusus nikmat kita dipertemukan dengan hari-hari
istimewa, hari-hari teragung di sisi Allah ta’ala, yaitu 10 hari pertama bulan
Dzulhijjah. Hari ini 10 Dzulhijjah, kita masih berada di hari-hari agung itu. Bahkan
hari ini adalah hari teragung di 10 hari yang teragung. Rasulullah ﷺ bersabda,
إِنَّ أَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ
النَّحْرِ
“Sesungguhnya hari teragung di sisi Allah ta’aalaa adalah hari an-Nahr” (HR Abu Dawud no 1765 dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Tak lupa pula, di kesempatan yang berhagaia ini,
kita do’akan saudara-saudara kita yang tengah diuji sakit karena wabah
penyakit, semoga Allah ta’ala memberi kesabaran dan segera memberikan kesembuhan
yang sempurna. Dan yang telah wafat, kita do’akan semoga amal-amal shaleh
mereka diterima disisiNya, dan diberatkan timbangan kebaikan-kebaikan mereka,
serta digolongkan termasuk orang-orang yang mati syahid. Aamin.
Suasana hari raya
idul adha tahun ini, agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tahun ini kaum
muslimin di seluruh penjuru dunia melaksanakan haji. Namun tahun ini harus
ditunda dikarenakan situasi pandemi yang -qadarullah- masih belum
menunjukkan penurunan yang signifikan. Maka bagi yang tertunda haji atau
umrohnya harus bersabar, menerima takdir Allah dengan iman. InsyaAllah pahala
haji atau umrohnya tetap dapat meski tidak jadi berangkat, dikarenakan ada
udzur. Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah ﷺ
ورواهُ البُخَارِيُّ عَنْ أَنَسٍ قَالَ: رَجَعْنَا مِنْ
غَزْوَةِ تَبُوكَ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: إِنَّ أَقْوَامَاً
خلْفَنَا بالمدِينةِ مَا سَلَكْنَا شِعْباً وَلاَ وَادِياً إِلاَّ وَهُمْ مَعَنَا،
حَبَسَهُمْ الْعُذْرُ. إِلاَّ
شَركُوكُمْ في الأَجْر رَواهُ
مُسْلِمٌ.
Anas bin Malik berkata, kami
pulang bersama nabi ﷺ dari perang Tabuk. Kemudian beliau
berdaba, “Sesungguhnya ada beberapa kaum yang kita tinggalkan di Madinah,
tiada menempuh sesuatu lereng ataupun lembah seperti kita, melainkan mereka itu
bersama-sama dengan kita (memperoleh pahala seperti yang berangkat berperang),
mereka terhalang oleh suatu udzur”. Dalam riwayat muslim “melainkan mereka
mendapat pahala seperti kalian”.
Allahuakbar.
Walillahilhamd.
Hari-hari ini
kita disunnahkan memperbanyak takbir, mulai tanggal 1 Dzhulhijjah, hari ini
hingga tiga hari ke depan. Hakikat takbir adalah mengagungkan Allah,
membesarkan Allah, bukan hanya sebatas di lisan-lisan kita. Kita laflakan
dengan merasakan akan kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengagungkanNya
seagung-agungnya. Ketika kita merasakan kebesaran Allah di hati kita, itulah
yang akan menimbulkan rasa takut kepada Allah, rasa tunduk kepada Allah,
rasa tadharru’ kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hadirin, dalam
kesempatan khutbah kali ini ijinkan saya menyampaikan khutbah idul adha yang
berjudul “Untuk Siapa Qurban Kita?”.
Qurban
secara bahasa artinya mendekat. Sedangkan secara istilah adalah
كُلُّ مَا يُتَقَرَّبُ بِهِ مِنْ ذَبِيحَةٍ
أَوْ غَيْرِهَا
“Segala hal yang digunakan
untuk mendekatkan diri melalui sesembelihan atau dalam bentuk lainnya”. Dari
pengertian ini, qurban dibagi menjadi dua dalam aspek tujuan; yakni qurban
untuk Allah dan qurban untuk selain Allah. Dan Allah ta’ala menghendaki qurban
kita hanya untuk Allah ta’ala semata. Tidak untuk selainNya, seperti pohon
besar, batu keramat, tempat keramat, kawah gunung, patung, syarat pengobatan
atau untuk rumah baru, seperti yang dilakukan oleh sebagian saudara-saudara
kita yang tidak tahu kalau itu perbuatan syirik. Allah ta’ala melaknat
perbuatan-perbuatan yang demikian. Rasulullah ﷺ bersabda;
لَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ
“Allah melaknat orang yang
menyembelih untuk selain Allah”.
Disebutkan di dalam hadith Dari Thariq
bin Syihab, (beliau menceritakan) bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah bersabda,
دخل الجنة رجل في ذباب، ودخل النار رجل في ذباب
“Ada
seorang lelaki yang masuk surga gara-gara seekor lalat dan ada pula lelaki lain
yang masuk neraka gara-gara seekor lalat.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Bagaimana hal
itu bisa terjadi wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ada dua orang lelaki yang
melewati suatu kaum yang memiliki berhala. Tidak ada seorangpun yang
diperbolehkan melewati daerah itu melainkan dia harus berkorban sesuatu untuk berhala tersebut. Mereka pun
mengatakan kepada salah satu di antara dua lelaki itu, “Berkorbanlah.” Ia pun
menjawab, “Aku tidak punya apa-apa untuk dikorbankan.” Mereka mengatakan, “Berkorbanlah,
walaupun hanya dengan seekor lalat.” Ia pun berkorban dengan seekor lalat,
sehingga mereka pun memperbolehkan dia untuk lewat dan meneruskan perjalanan.
Karena sebab itulah, ia masuk neraka. Mereka juga memerintahkan kepada orang
yang satunya, “Berkorbanlah.” Ia menjawab, “Tidak pantas bagiku berkorban untuk
sesuatu selain Allah ‘azza wa jalla.” Akhirnya, mereka pun memenggal lehernya.
Karena itulah, ia masuk surga.” (HR. Ahmad)
Hadirin, pelajaran pertama qurban yang
syirik itu tidak dilihat dari kecilnya yang diqurbankan. Tetapi selama qurban
itu diperuntukkan kepada selain Allah, walau dengan sesuatu yang kecil dan remeh,
itu syirik, dosa nomor satu di dalam Islam, yang terampuni jika pelakunya tidak
bertaubat sebelum meninggal. Allah ta’ala berfiman;
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ
مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ
Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu
(QS. Annisa 48)
Untuk siapa qurban
kita? Di dalam Kitab Al Tamhid Li Syarhi Kitabi Al Tauhid dijelaskan.
Menyembelih untuk selian Allah itu terjadi jika hilang salah satu dari dua hal;
yakni Al Tasmiyah dan Al Qasdhu. Tasmiyah artinya menyembut nama Allah.
Bismillah. Al Qashdu artinya tujuan. Dia baca bismillah, tetapi tujuan qurbannya
untuk selain Allah. Ini syirik. Dia baca nama selain Allah, dan tujuan
qurbannya untuk Allah, ini juga syirik. Dia baca nama selain Allah, dan tujuan
qurbannya untuk selain Allah, maka ini syirik. Adapun orang yang bertauhid
adalah dia sebut nama Allah dan qurbannya ditujukan untuk Allah.
Pelajaran kedua, orang yang
berqurban untuk selain Allah itu, ada sebab-sebabnya. Tidak serta merta memberi
sesaji-sesaji dan tumbal-tumbal tanpa sebab. Terkadang sebab itu berupa seseorang
dihalangi atau diganggu kenyamanannya saat dia melakukan suatu perjalanan, atau
diganggu penunggu tempat saat membangun rumah, membangun jalan, membangun
jembatan. Di sinilah setan bermain, setan memprovokasi, mendatangi orang-orang,
baik ketika terjaga atau datang dalam mimpi untuk minta sesuatu kalau mau
selamat dan terlindungi dari gangguan mereka. Tujuannya tidak lain dan tidak
bukan adalah untuk menyesatkan manusia, membuat manusia menyekutukan Allah.
Allah ta’ala berfirman;
وَأَنَّهُۥ كَانَ
رِجَالٌ مِّنَ ٱلْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ ٱلْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki
di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin,
maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”. (QS. Al Jin 6). Di jaman ini, walapun sudah modern dan
canggih, masih saja kita lihat praktik-praktik kesyirikan dalam bentuk ritual-ritual
tolak bencana, memberi sesaji-sesaji di perepatan jalan, atau persembahan untuk
ratu pantai, ratu ini raja itu, ya subhanallah. Alih-alih membuat manusia tenang
atau aman, malah manusia itu menjadi tidak aman, tidak nyaman, tidak merdeka,
terjajah oleh ketakutannya, oleh waswasnya, khawatirannya, sampai-sampai ada
yang tidak bisa terputus dari kontrak memberikan sesaji atau tumbal, karena
tidak sadar kalau setan itu kalau sudah diajak kerja sama, selalu ada kos yang
harus dibayar. Hadirin, inilah sebetulnya gambaran nyata orang yang ditinggal
dan dilepas serta dibiarkan oleh Allah ta’ala, karena perbuatan syiriknya. Allah
ta’ala berfirman dalam hadith qudsi;
قال اللهُ تعالَى : أنا أغْنَى الشُّركاءِ عنِ
الشِّركِ ، مَنْ عمِلَ عملًا أشركَ فيه معِيَ تركتُهُ وشِركَهُ
“Allah Ta’ala
berfirman: ‘Aku tidak butuh terhadap orang-orang musyrik atas kesyirikan yang
mereka lakukan. Barangsiapa yang menyekutukan Aku dengan sesuatu yang lain,
akan Ku tinggalakan ia bersama kesyirikannya‘” (HR. Muslim 2985).
Maka sebagai muslim yang
bertauhid, CUKUPLAH meminta perlidungan kepada Allah ta’ala dari
gangguan-gangguan setan. laksanakan kewajiban, jaga shalat dan dzikirnya. Jauhi
larangan-laranganNya.
Pelajaran
ketiga, di dalam hadith orang telah berqurban
untuk berhala mereka, mereka loloskan, tidak diganggu tidak diberi bahaya
apapun. Kalau laki-laki itu begitu yakinnya bisa diberi selamat oleh suku
penyembah berhala, maka Allah ta’ala arhamur rahimin, lebih
Pengasih di antara para pengasih, LEBIH LAYAK UNTUK KITA HARAPKAN
dapat menyelamatkan kita dari segala bahaya baik dunia maupun akhirat. Kenapa
kita masih ragu? Hadirin, menjadikan amal shaleh sebagai perantara (wasilah) minta
kepada Allah agar hajat-hajat kita dikabulkan itu boleh. Sebagaimana disebutkan
di dalam hadith Riwayat Al Bukhari dan Muslim, tentang tiga orang yang terjebak
di dalam gua, yang masing-masing akhirnya berdo’a dengan menyebut amalan-amalan
shalihnya di hadapan Allah. Sehingga Allah bukakan bagi mereka jalan keluar
dari gua tersebut. Maka jangan sampai kita ragu akan hal itu.
Hadirin,
dari tiga pelajaran tadi, yang harus kita aplikasikan dalam ibadah qurban kita
adalah niatkan qurban kita untuk Allah, mintalah pertolongan hanya kepada
Allah, dan yakinlah bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan amal shaleh kita.
Allahuakbar
walillahilhamd.
Ibadah
qurban bukanlah sekedar kegiatan potong-potong daging dan distribusinya. Tetapi
lebih dari itu, ibadah qurban ini adalah sebentuk pengagungan kepada Allah
ta’ala. Allah ta’ala berfiman,
لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا
وَلَٰكِن يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ
لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
“Daging-daging unta dan darahnya itu
sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari
kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk
kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan
berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al Hajj 37)
Ibnu katsir dalam tafsirnya
mengatakan
إنما شرع لكم نحر هذه الهدايا والضحايا ، لتذكروه عند
ذبحها ، فإنه الخالق الرازق لا أنه يناله شيء من لحومها ولا دمائها ، فإنه تعالى
هو الغني عما سواه .
“Sesungguhnya kalian
diperintahkan untuk menyembelih hewan qurban itu adalah agar kalian mengingat
Allah ketika menyembelihnya. Ingatlah bahwa Dia Yang Menciptakan dan Yang
Memberi rejeki, bukan karena Allah membutuhkan daging atau darah hewan qurban
itu, karena Allah Maha Kaya tidak Membutuhkan Apapun”
Hadirin, untuk itu
jangan sampai kita kosong dari mengagungkan Allah ta’ala sehingga pelaksanaan
ibadah qurban ini menjadi biasa-biasa saja. Untuk itu penting untuk diperhatikan
beberapa poin berikut ;
1.
Niatkan sembelihan itu untuk
ibadah, sebagaimana firman Allah ta’ala
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan
berkorbanlah”. Yakni niatnya ikhlas, sebagainana shalat kita untuk Allah, maka
qurban kita pun juga untuk Allah.
2.
Berlembutlah pada hewan qurban,
tajamkan pisaunya, jangan tampakkan pengasahan alat sembelihnya di hadapan
hewan qurban, jangan pula menampakkan proses penyembelihannya di hadapan hewan
qurban lainnya. Rasulullah ﷺ bersabda,
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻛَﺘَﺐَ ﺍﻟْﺈِﺣْﺴَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ
ﺷَﻲْﺀٍ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻗَﺘَﻠْﺘُﻢْ ﻓَﺄَﺣْﺴِﻨُﻮﺍ ﺍﻟْﻘِﺘْﻠَﺔَ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺫَﺑَﺤْﺘُﻢْ
ﻓَﺄَﺣْﺴِﻨُﻮﺍ ﺍﻟﺬَّﺑْﺢَ ﻭَﻟْﻴُﺤِﺪَّ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﺷَﻔْﺮَﺗَﻪُ ﻓَﻠْﻴُﺮِﺡْ ﺫَﺑِﻴﺤَته
“Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik (ihsan) atas segala sesuatu.
Jika kalian membunuh (dalam qishah,-pent) maka berbuat ihsanlah dalam cara
membunuh, dan jika kalian menyembelih maka berbuat ihsanlah dalam cara
menyembelih, dan hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan parangnya dan
menyamankan sembelihannya.[HR. Muslim]
3.
Jangan menjual dan atau
mengupah tukang jagal dengan bagian hewan qurban.
أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ
أَقُومَ عَلَى بُدْنِهِ وَأَنْ أَتَصَدَّقَ بِلَحْمِهَا وَجُلُودِهَا وَأَجِلَّتِهَا
وَأَنْ لَا أُعْطِيَ الْجَزَّارَ مِنْهَا . قَالَ : نَحْنُ نُعْطِيهِ مِنْ
عِنْدِنَا
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam memerintahkanku untuk menangani onta
kurbannya, mensedekahkan dagingnya, kulitnya, dan asesoris onta. Dan saya
dilarang untuk memberikan upah jagal dari hasil qurban. Ali menambahkan: Kami
memberikan upah dari uang pribadi. (HR. Bukhari 1717 & Muslim 1317). Al
Jazzar adalah profesi, berilah upah dari uang pribadi bukan upah dari daging.
Adapun jika diberikan sebagai hadiah kepada tukang jagal, maka tidak mengapa.
مَنْ بَاعَ جِلْدَ أُضْحِيَتِهِ فَلاَ أُضْحِيَةَ لَهُ
Siapa yang menjual kulit qurbannya maka tidak ada qurban baginya. (HR. al-Hakim 2/390, Baihaqi dalam al-Kubro no. 19015 dan
dihasankan al-Albani)
Demikian yang dapat kami
sampaikan dalam khutbah singkat kali ini. Mudah-mudahan Allah ta’ala menerima
amal shaleh kita. Menerima shalat ied kita, menerima rangkaian ibadah qurban
kita, untuk mendapatkan RidhoNya, sehingga menjadi keselamatan dunia dan akhirat
kita. Aamiin. mari kita tutup dengan berdo’a dan memohon kepada Allah ta’ala;
اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Komentar
Posting Komentar