Khutbah Idul Adha 1442 H; Untuk Siapa Qurban Kita?

 



الحمدُ لله ربِّ العالمين، الحمدُ لله الذي بنعمته تتمُّ الصالحات، وبعَفوِه تُغفَر الذُّنوب والسيِّئات، وبكرَمِه تُقبَل العَطايا والقُربَات، وبلُطفِه تُستَر العُيُوب والزَّلاَّت، الحمدُ لله الذي أماتَ وأحيا، ومنَع وأعطَى، وأرشَدَ وهدى، وأضحَكَ وأبكى؛ ﴿ وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا) .  فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ وَالمُؤْمِناَتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا الله َحَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ فَضِيْلٌ وَعِيْدٌ شَرِيْفٌ جَلِيْلٌ. قَالَ اللهُ تَعَالى فِيْ كِتَابِهِ الكَرِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الَّرجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الَّرحمن الرحيم. إِنّا أَعْطَيْنَاكَ الكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَالأَبْتَرُ.

Hadirin, marilah kita bersyukur atas karunia dan nikmat Allah yang telah Allah berikan kepada kita berupa kesehatan kesempatan, nikmat iman dan Islam, terkhusus nikmat kita dipertemukan dengan hari-hari istimewa, hari-hari teragung di sisi Allah ta’ala, yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Hari ini 10 Dzulhijjah, kita masih berada di hari-hari agung itu. Bahkan hari ini adalah hari teragung di 10 hari yang teragung. Rasulullah bersabda,

إِنَّ أَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ

“Sesungguhnya hari teragung di sisi Allah ta’aalaa adalah hari an-Nahr” (HR Abu Dawud no 1765 dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Tak lupa pula, di kesempatan yang berhagaia ini, kita do’akan saudara-saudara kita yang tengah diuji sakit karena wabah penyakit, semoga Allah ta’ala memberi kesabaran dan segera memberikan kesembuhan yang sempurna. Dan yang telah wafat, kita do’akan semoga amal-amal shaleh mereka diterima disisiNya, dan diberatkan timbangan kebaikan-kebaikan mereka, serta digolongkan termasuk orang-orang yang mati syahid. Aamin.

Suasana hari raya idul adha tahun ini, agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tahun ini kaum muslimin di seluruh penjuru dunia melaksanakan haji. Namun tahun ini harus ditunda dikarenakan situasi pandemi yang -qadarullah- masih belum menunjukkan penurunan yang signifikan. Maka bagi yang tertunda haji atau umrohnya harus bersabar, menerima takdir Allah dengan iman. InsyaAllah pahala haji atau umrohnya tetap dapat meski tidak jadi berangkat, dikarenakan ada udzur. Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah

ورواهُ البُخَارِيُّ عَنْ أَنَسٍ  قَالَ: رَجَعْنَا مِنْ غَزْوَةِ تَبُوكَ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَإِنَّ أَقْوَامَاً خلْفَنَا بالمدِينةِ مَا سَلَكْنَا شِعْباً وَلاَ وَادِياً إِلاَّ وَهُمْ مَعَنَا، حَبَسَهُمْ الْعُذْرُ. إِلاَّ شَركُوكُمْ في الأَجْر رَواهُ مُسْلِمٌ.

Anas bin Malik berkata, kami pulang bersama nabi dari perang Tabuk. Kemudian beliau berdaba, “Sesungguhnya ada beberapa kaum yang kita tinggalkan di Madinah, tiada menempuh sesuatu lereng ataupun lembah seperti kita, melainkan mereka itu bersama-sama dengan kita (memperoleh pahala seperti yang berangkat berperang), mereka terhalang oleh suatu udzur”. Dalam riwayat muslim “melainkan mereka mendapat pahala seperti kalian”.

 

Allahuakbar. Walillahilhamd.

Hari-hari ini kita disunnahkan memperbanyak takbir, mulai tanggal 1 Dzhulhijjah, hari ini hingga tiga hari ke depan. Hakikat takbir adalah mengagungkan Allah, membesarkan Allah, bukan hanya sebatas di lisan-lisan kita. Kita laflakan dengan merasakan akan kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengagungkanNya seagung-agungnya. Ketika kita merasakan kebesaran Allah di hati kita, itulah yang akan menimbulkan rasa takut kepada Allah, rasa tunduk kepada Allah, rasa tadharru’ kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hadirin, dalam kesempatan khutbah kali ini ijinkan saya menyampaikan khutbah idul adha yang berjudul “Untuk Siapa Qurban Kita?”.

Qurban secara bahasa artinya mendekat. Sedangkan secara istilah adalah

كُلُّ مَا يُتَقَرَّبُ بِهِ مِنْ ذَبِيحَةٍ أَوْ غَيْرِهَا

“Segala hal yang digunakan untuk mendekatkan diri melalui sesembelihan atau dalam bentuk lainnya”. Dari pengertian ini, qurban dibagi menjadi dua dalam aspek tujuan; yakni qurban untuk Allah dan qurban untuk selain Allah. Dan Allah ta’ala menghendaki qurban kita hanya untuk Allah ta’ala semata. Tidak untuk selainNya, seperti pohon besar, batu keramat, tempat keramat, kawah gunung, patung, syarat pengobatan atau untuk rumah baru, seperti yang dilakukan oleh sebagian saudara-saudara kita yang tidak tahu kalau itu perbuatan syirik. Allah ta’ala melaknat perbuatan-perbuatan yang demikian. Rasulullah bersabda;

لَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ

“Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah”.

Disebutkan di dalam hadith Dari Thariq bin Syihab, (beliau menceritakan) bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

دخل الجنة رجل في ذباب، ودخل النار رجل في ذباب

“Ada seorang lelaki yang masuk surga gara-gara seekor lalat dan ada pula lelaki lain yang masuk neraka gara-gara seekor lalat.”  Mereka (para sahabat) bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ada dua orang lelaki yang melewati suatu kaum yang memiliki berhala. Tidak ada seorangpun yang diperbolehkan melewati daerah itu melainkan dia harus berkorban  sesuatu untuk berhala tersebut. Mereka pun mengatakan kepada salah satu di antara dua lelaki itu, “Berkorbanlah.” Ia pun menjawab, “Aku tidak punya apa-apa untuk dikorbankan.” Mereka mengatakan, “Berkorbanlah, walaupun hanya dengan seekor lalat.” Ia pun berkorban dengan seekor lalat, sehingga mereka pun memperbolehkan dia untuk lewat dan meneruskan perjalanan. Karena sebab itulah, ia masuk neraka. Mereka juga memerintahkan kepada orang yang satunya, “Berkorbanlah.” Ia menjawab, “Tidak pantas bagiku berkorban untuk sesuatu selain Allah ‘azza wa jalla.” Akhirnya, mereka pun memenggal lehernya. Karena itulah, ia masuk surga.” (HR. Ahmad)


Hadirin, pelajaran pertama qurban yang syirik itu tidak dilihat dari kecilnya yang diqurbankan. Tetapi selama qurban itu diperuntukkan kepada selain Allah, walau dengan sesuatu yang kecil dan remeh, itu syirik, dosa nomor satu di dalam Islam, yang terampuni jika pelakunya tidak bertaubat sebelum meninggal. Allah ta’ala berfiman;

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu (QS. Annisa 48)

Untuk siapa qurban kita? Di dalam Kitab Al Tamhid Li Syarhi Kitabi Al Tauhid dijelaskan. Menyembelih untuk selian Allah itu terjadi jika hilang salah satu dari dua hal; yakni Al Tasmiyah dan Al Qasdhu. Tasmiyah artinya menyembut nama Allah. Bismillah. Al Qashdu artinya tujuan. Dia baca bismillah, tetapi tujuan qurbannya untuk selain Allah. Ini syirik. Dia baca nama selain Allah, dan tujuan qurbannya untuk Allah, ini juga syirik. Dia baca nama selain Allah, dan tujuan qurbannya untuk selain Allah, maka ini syirik. Adapun orang yang bertauhid adalah dia sebut nama Allah dan qurbannya ditujukan untuk Allah.

Pelajaran kedua, orang yang berqurban untuk selain Allah itu, ada sebab-sebabnya. Tidak serta merta memberi sesaji-sesaji dan tumbal-tumbal tanpa sebab. Terkadang sebab itu berupa seseorang dihalangi atau diganggu kenyamanannya saat dia melakukan suatu perjalanan, atau diganggu penunggu tempat saat membangun rumah, membangun jalan, membangun jembatan. Di sinilah setan bermain, setan memprovokasi, mendatangi orang-orang, baik ketika terjaga atau datang dalam mimpi untuk minta sesuatu kalau mau selamat dan terlindungi dari gangguan mereka. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menyesatkan manusia, membuat manusia menyekutukan Allah. Allah ta’ala berfirman;

وَأَنَّهُۥ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ ٱلْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ ٱلْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”. (QS. Al Jin 6). Di jaman ini, walapun sudah modern dan canggih, masih saja kita lihat praktik-praktik kesyirikan dalam bentuk ritual-ritual tolak bencana, memberi sesaji-sesaji di perepatan jalan, atau persembahan untuk ratu pantai, ratu ini raja itu, ya subhanallah. Alih-alih membuat manusia tenang atau aman, malah manusia itu menjadi tidak aman, tidak nyaman, tidak merdeka, terjajah oleh ketakutannya, oleh waswasnya, khawatirannya, sampai-sampai ada yang tidak bisa terputus dari kontrak memberikan sesaji atau tumbal, karena tidak sadar kalau setan itu kalau sudah diajak kerja sama, selalu ada kos yang harus dibayar. Hadirin, inilah sebetulnya gambaran nyata orang yang ditinggal dan dilepas serta dibiarkan oleh Allah ta’ala, karena perbuatan syiriknya. Allah ta’ala berfirman dalam hadith qudsi;

قال اللهُ تعالَى : أنا أغْنَى الشُّركاءِ عنِ الشِّركِ ، مَنْ عمِلَ عملًا أشركَ فيه معِيَ تركتُهُ وشِركَهُ 

“Allah Ta’ala berfirman: ‘Aku tidak butuh terhadap orang-orang musyrik atas kesyirikan yang mereka lakukan. Barangsiapa yang menyekutukan Aku dengan sesuatu yang lain, akan Ku tinggalakan ia bersama kesyirikannya‘” (HR. Muslim 2985).

Maka sebagai muslim yang bertauhid, CUKUPLAH meminta perlidungan kepada Allah ta’ala dari gangguan-gangguan setan. laksanakan kewajiban, jaga shalat dan dzikirnya. Jauhi larangan-laranganNya.

Pelajaran ketiga, di dalam hadith orang telah berqurban untuk berhala mereka, mereka loloskan, tidak diganggu tidak diberi bahaya apapun. Kalau laki-laki itu begitu yakinnya bisa diberi selamat oleh suku penyembah berhala, maka Allah ta’ala arhamur rahimin, lebih Pengasih di antara para pengasih, LEBIH LAYAK UNTUK KITA HARAPKAN dapat menyelamatkan kita dari segala bahaya baik dunia maupun akhirat. Kenapa kita masih ragu? Hadirin, menjadikan amal shaleh sebagai perantara (wasilah) minta kepada Allah agar hajat-hajat kita dikabulkan itu boleh. Sebagaimana disebutkan di dalam hadith Riwayat Al Bukhari dan Muslim, tentang tiga orang yang terjebak di dalam gua, yang masing-masing akhirnya berdo’a dengan menyebut amalan-amalan shalihnya di hadapan Allah. Sehingga Allah bukakan bagi mereka jalan keluar dari gua tersebut. Maka jangan sampai kita ragu akan hal itu.

Hadirin, dari tiga pelajaran tadi, yang harus kita aplikasikan dalam ibadah qurban kita adalah niatkan qurban kita untuk Allah, mintalah pertolongan hanya kepada Allah, dan yakinlah bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan amal shaleh kita.   

Allahuakbar walillahilhamd.

Ibadah qurban bukanlah sekedar kegiatan potong-potong daging dan distribusinya. Tetapi lebih dari itu, ibadah qurban ini adalah sebentuk pengagungan kepada Allah ta’ala. Allah ta’ala berfiman,

لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ   

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al Hajj 37)

 

Ibnu katsir dalam tafsirnya mengatakan

إنما شرع لكم نحر هذه الهدايا والضحايا ، لتذكروه عند ذبحها ، فإنه الخالق الرازق لا أنه يناله شيء من لحومها ولا دمائها ، فإنه تعالى هو الغني عما سواه .

“Sesungguhnya kalian diperintahkan untuk menyembelih hewan qurban itu adalah agar kalian mengingat Allah ketika menyembelihnya. Ingatlah bahwa Dia Yang Menciptakan dan Yang Memberi rejeki, bukan karena Allah membutuhkan daging atau darah hewan qurban itu, karena Allah Maha Kaya tidak Membutuhkan Apapun”

Hadirin, untuk itu jangan sampai kita kosong dari mengagungkan Allah ta’ala sehingga pelaksanaan ibadah qurban ini menjadi biasa-biasa saja. Untuk itu penting untuk diperhatikan beberapa poin berikut ;

1.       Niatkan sembelihan itu untuk ibadah, sebagaimana firman Allah ta’ala

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah”. Yakni niatnya ikhlas, sebagainana shalat kita untuk Allah, maka qurban kita pun juga untuk Allah.

 

2.       Berlembutlah pada hewan qurban, tajamkan pisaunya, jangan tampakkan pengasahan alat sembelihnya di hadapan hewan qurban, jangan pula menampakkan proses penyembelihannya di hadapan hewan qurban lainnya.  Rasulullah bersabda,

ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻛَﺘَﺐَ ﺍﻟْﺈِﺣْﺴَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻗَﺘَﻠْﺘُﻢْ ﻓَﺄَﺣْﺴِﻨُﻮﺍ ﺍﻟْﻘِﺘْﻠَﺔَ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺫَﺑَﺤْﺘُﻢْ ﻓَﺄَﺣْﺴِﻨُﻮﺍ ﺍﻟﺬَّﺑْﺢَ ﻭَﻟْﻴُﺤِﺪَّ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﺷَﻔْﺮَﺗَﻪُ ﻓَﻠْﻴُﺮِﺡْ ﺫَﺑِﻴﺤَته

Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik (ihsan) atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh (dalam qishah,-pent) maka berbuat ihsanlah dalam cara membunuh, dan jika kalian menyembelih maka berbuat ihsanlah dalam cara menyembelih, dan hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan parangnya dan menyamankan sembelihannya.[HR. Muslim]

3.       Jangan menjual dan atau mengupah tukang jagal dengan bagian hewan qurban.

أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقُومَ عَلَى بُدْنِهِ وَأَنْ أَتَصَدَّقَ بِلَحْمِهَا وَجُلُودِهَا وَأَجِلَّتِهَا وَأَنْ لَا أُعْطِيَ الْجَزَّارَ مِنْهَا . قَالَ : نَحْنُ نُعْطِيهِ مِنْ عِنْدِنَا

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkanku untuk menangani onta kurbannya, mensedekahkan dagingnya, kulitnya, dan asesoris onta. Dan saya dilarang untuk memberikan upah jagal dari hasil qurban. Ali menambahkan: Kami memberikan upah dari uang pribadi. (HR. Bukhari 1717 & Muslim 1317). Al Jazzar adalah profesi, berilah upah dari uang pribadi bukan upah dari daging. Adapun jika diberikan sebagai hadiah kepada tukang jagal, maka tidak mengapa.

مَنْ بَاعَ جِلْدَ أُضْحِيَتِهِ فَلاَ أُضْحِيَةَ لَهُ

Siapa yang menjual kulit qurbannya maka tidak ada qurban baginya. (HR. al-Hakim 2/390, Baihaqi dalam al-Kubro no. 19015 dan dihasankan al-Albani)

Demikian yang dapat kami sampaikan dalam khutbah singkat kali ini. Mudah-mudahan Allah ta’ala menerima amal shaleh kita. Menerima shalat ied kita, menerima rangkaian ibadah qurban kita, untuk mendapatkan RidhoNya, sehingga menjadi keselamatan dunia dan akhirat kita. Aamiin. mari kita tutup dengan berdo’a dan memohon kepada Allah ta’ala;

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

 اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

 رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

 

Komentar